Sunday, April 04, 2010

Bukan KUASA tapi CINTA yang MahaRahim

Ketika ada yang sanggup Bangkit dari antara orang Mati, kita tentu berdecak kagum penuh heran..., is it true? How could it happen? Di saat seperti itu, kebanyakan kita kemudian memilih kata "mukjizat" untuk mewakili kemelut pikiran dan gonjangan hati. Hari ini, Orang Katolik merayakan Paskah, Kebangkitan Yesus Kristus yang telah meninggal karena disiksa lalu dipaku di kayu salib. Apakah Umat Katolik kemudian juga menyebutnya sebagai "Mukjizat'?
Anda yang KAtolik, apakah BangkitNYA dari antara orang mati Anda sebut sebagai mukjizat?
BUKAN kan...?
Itu bukan mukjizat karena Umat Katolik mengetahui sebab dan tujuannya, karena umat Katolik mengimani peristiwa itu sebagai bentuk transformasi ilahi yang menyelamatkan... Seandainya Yesus tidak bangkit, maka sia-sialah iman kita...
KebangkitanNYA dari antara orang Mati bukan untuk menunjukkan kuasaNYA atau kehebatanNYA yang Mahasuper, tetapi lebih untuk menunjukkan how deep is HIS love, how gentle is HIS power. Lho kok bisa...? Mari kita lihat, knapa Yesus menunjukkan diri, setelah bangkit, kepada Maria Magdalena dan kemudian kepada para rasul, terlebih untuk Thomas? Kenapa Yesus tidak menunjukkan KebangkitanNYA kepada para imam agung, ahli taurat dan Pilatus? Karena KebangkitanNYA bukanlah untuk menunjukkan kuasaNYA, kalau Tuhan mau itu sudah akan dilakukanNYA sebelum Yudas menyerahkanNYA untuk ditangkap. Menunjukkan diri kepada para imam agung, ahli taurat atau pilatus hanyalah akan membawa kebingungan dan kegentaran saja, bukan pada iman yang membahagiakan... Tetapi penampakan kebangkitan Tuhan kepada Maria dan para Rasul jauh lebih efektif untuk menerima ARTI kebangkitanNYA dan kemudian mewartakannya.
Nilai kebangkitanNYA cukup sempit kalau hanya saya batasi pada tulisan ini saja... untuk itu Anda perlu merenungkannya jauh dalam, semakin dalam sebagaimana CintaNYA yang begitu dalam...
Yesus yang wafat dan bangkit bagi kami, tunjukkanlah belaskasihMU kepada kami dan seluruh dunia...
SELAMAT PASKAH

Friday, April 02, 2010

badai kehidupan

Ketika badai kehidupan menerjang hidup Anda, apa yang akan Anda lakukan? Ketika istri Anda sakit parah dengan vonis sementara kesempatan hidup 40% saja, Bagaimana sikap Anda? Lebih lagi jika situasi itu diperparah dengan kondisi finansial yang tidak memadai untuk semua biaya perobatan, singkatnya ada genjetan ekonomi, Apa gerangan yang akan Anda lakukan?


Gambaran situasi di atas adalah satu dari sekian banyak bentuk penderitaan manusia. Penderitaan itu tentu memuat derita dan pergumulan melawan sengsara yang harus ditanggung. Dalam pergumulan atas penderitaannya itulah manusia, kita, sering berujung pada kebuntuan, buntu pikir, buntu tenaga dan buntu dana. Kebuntuan itu bisa lagi jadi sangat fatal jika yang bersangkutan jatuh pada perspektif Fatalisme, hanya meyakini hidupnya sudah ditentukan garisan takdir, tidak ada lagi yang diyakini bisa diperjuangkan. Untuk mereka yang meyakini dan beriman kepada Tuhan, situasi kebuntuan itu bisa saja membawa dia pada sikap pemberontakan terhadap Tuhannya, dengan berteriak,"Tuhan tidak adil, jika Tuhan Ada maka kami harusnya tidak menderita...dunia mengajarkan Tuhan itu Baik, tapi nyatanya Tuhan yang kami imani membiarkan kami menderia begini...Dimana Tuhan?"


Berat rasanya jika sudah demikian. Lalu kita harus bagaimana?