Friday, October 16, 2009

Hai sahabat-sahabat-Ku... , takutilah Dia!

Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. (Luk. 12:1-7; Injil Jumat, 16 Oktober 2009)

Membaca perikop Injil hari ini, menikmatinya kata per kata, meresapinya, serasa mendapatkan dukungan kuat untuk selalu bermenung sambil bertanya, ”Kita hidup untuk siapa?” Aku Hidup untuk apa? Pertanyaan permenungan ini tentu tak akan terpuaskan dengan satu jawaban, tidak juga dalam satu saat dan permenungan selesai. It is ongoing contemplation. Terus akan dicari jawabannya. Kita diarahkan olehNYA hari ini melalui bacaan ini.

Banyak pekerja yang sering diberi tantangan yang menggairahkan untuk mencapai target tertentu dengan imbalan yang disepakati. Perlu dicatat bahwa kita juga pekerja di ladang Tuhan. Kita juga diberi tantangan baru untuk bekerja dengan JUJUR, Tidak MUNAFIK. Bersikap munafik cenderung membawa kita untuk tidak jujur, tidak menerima diri, sering berbohong karena satu kebohongan biasanya akan diikuti oleh kebohongan berikutnya. Akhirnya kita menjadi pribadi yang tidak percaya diri, bahkan penakut, karena takut menjadi malu, takut terbongkar rahasianya.

Sering kita merasa ”harus” berbohong dan menjadi munafik karena takut akan didera rasa malu kalau banyak orang tahu siapa diri kita yang sebenarnya, kita bersikap munafik untuk menutupi jati diri kita yang sebenarnya sehingga orang memandang kita sebagai pribadi yang hebat. Kita takut kepada mereka yang bisa menyinggung perasaan kita, kita takut kepada orang yang mungkin bisa membunuh tubuh kita maka kita berbohong dan berlaku munafik.

Tetapi kita mungkin lupa bahwa kita berharga di hadapan Allah. Kita ini kepunyaan Allah yang berharga yang akan dijagaNYA, bahkan rambut kepala kita pun dihitungNYA. Kita sering takut kepada orang lain tetapi justru tidak ”TAKUT” akan Allah yang memiliki dan memelihara kita. Kalau kita takut; kalau kita malu, seharusnya kita takut dan malu kepada DIA yang BerKUASA untuk melemparkan kita ke Api Neraka. Mari sahabat-sahabatku, jangan kita berlaku munafik dan takut kepada orang lain, tetapi Takutilah DIA...!

Takut akan Allah konvergen dengan Kita hidup untuk siapa, kita hidup untuk apa...?

Tuesday, October 06, 2009

TELITI DIRI

Manusia terkadang berbuat sesuatu yang menurutnya benar tetapi karena kurang teliti, akhirnya di kemudian saat baru menyadari bahwa dia salah. Kesalahan itu bukan karena pada dirinya dia jahat atau sengaja mengabaikan norma ataupun aturan yang berlaku, hanya saja kadang kesalahan seperti itu lebih disebabkan oleh kurangnya ”TELITI DIRI”.

Sekarang saya sadar bahwa saya salah mengambil bacaan Injil hari Senin kemarin, bacaan Injil hari Senin kemarin seharusnya menjadi bacaan Injil hari ini, Selasa, 6 Oktober 2009. Hal ini juga disebabkan karna kurangnya TELITI DIRI ketika melakukan sesuatu. Untuk itu saya mohon maaf.  Saya mohon maaf dan kiranya Anda masih berkenan saya ajak untuk membaca Injil hari ini:

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk. 10: 38-42)

 

Ketika kita merasa benar dengan apa yang kita lakukan, marilah tetap MENELITI DIRI. Marta merasa bahwa kesibukkannya melayani Yesus adalah hal yang benar yang harus dilakukannya. Bahkan karena merasa benar, Marta mengeluarkan kalimat supaya dibela atau dipuji oleh Tuannya dengan meminta Tuannya menyuruh Maria untuk membantunya. Tetapi jawaban Yesus sungguh luar biasa, di luar dugaan, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Kalau kita jadi Marta, tentu kita akan tertohok dan diam seribu bahasa. Diam dan meneliti diri.

Ternyata yang benar menurut kita belum tentu benar menurut ukuran yang lebih besar dan mulia. Karena merasa benar kita cenderung ”kewanen” (bahasa jawa: sok berani) dan lupa untuk tetap TELITI DIRI. Mario Teguh, motivator yang kalem nan cermat itu pernah mengatakan: Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan bila anda sedang takut, jangan terlalu takut. Karena keseimbangan sikap adalah penentu ketepatan perjalanan kesuksesan anda. Mari menjaga keseimbangan sikap menuju kesuksesan dengan meneladani Maria, TELITI DIRI dengan duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya.

Monday, October 05, 2009

HADIR dengan UTUH

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk 10:38-42)

 

Hari ini adalah hari Senin. Sebagian besar orang (terutama orang kantoran) menganggap bahwa hari Senin adalah hari yang berat, walaupun hari Senin adalah hari pertama dalam pekan tapi sering jadi momok karena masih dibayangi hawa liburan. Hari Senin menjadi hari yang dijejali oleh begitu banyak jenis pekerjaan atau beban kerja yang banyak. Dari sekian banyak hal yang harus dilakukan, kita justru sering tidak tahu mana yang harus diutamakan. Kita sibuk dengan banyak perkara tetapi setengah-setengah melakukannya. Di saat seperti inilah mungkin kita mesti ingat pesan Yesus kepada Marta, ”Engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Kita tentu tidak mau bekerja berat, kerja keras tapi sekaligus mengeluh ke atasan, apalagi hasilnya tidak dihargai atasan. Istilah yang sering dipakai sekarang ialah, “Work hard is not enough, we must work smart”. Work smart berarti tahu apa yang utama dan tahu strategi untuk mencapai tujuan dengan baik. Sebagai pekerja, satu hal yang bisa kita syukuri dari Injil hari ini, yaitu bahwa kita diingatkan untuk menyusun skala prioritas dan mewujudkannya dengan work smart.

Hal lain yang menjadi mutiara dari Injil hari ini adalah pentingnya menghargai ”presensia” atau ”Kehadiran” dalam artian saat ini. Sering dalam hidup sehari-hari kita disibukkan dengan kerja, cari uang, bahkan sibuk mengikuti berbagai kegiatan Gereja atau kemasyarakatan. Karena kesibukkan itu, kita merasa lelah untuk menghargai hal-hal yang seolah sepele tetapi justru mendasar. Kita lelah bekerja hingga tidak lagi bisa menghargai pentingnya HADIR dan bercerita dengan anak atau isteri sendiri. Di saat kita berbicara dengan seseorang kita justru memikirkan masalah lain. Ketika di rumah kita memikirkan pekerjaan. Ketika di tempat kerja kita justru memikirkan hal lain, entah itu urusan pribadi atau urusan rumah. Kita tidak HADIR secara utuh; HADIR secara utuh berarti menghadirkan diri secara fisik, jiwa raga dan hati budi kita.

Apa yang dilakukan Marta tidak sepenuhnya salah. Hanya saja dia kurang menghargai Ke-HADIR-an Yesus sekaligus tidak mau meng-HADIR-kan dirinya sendiri di hadapan Yesus secara utuh. Sepertinya contoh yang mirip adalah ketika kita ikut Misa/Perayaan Ekaristi tetapi pikiran kita justru tertuju pada handphone atau blackberry atau saat berdoa kita malah sibuk memikirkan rencana kencan atau rencana bisnis. Mutiara Injil yang bersinar-sinar ini memanggil kita untuk sungguh HADIR secara UTUH dimanapun kita berada terutama SAAT kita berada di Rumah Tuhan, atau berdoa di hadiratNYA.

Akhirnya kita bisa memeluk erat mutiara Injil hari ini yaitu bahwa: Satu saja yang perlu: memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari pada kita. Tentu yang terbaik adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkanNYA.

Friday, October 02, 2009

Para Malaikat Pelindung

Jumat, 2 Oktober 2009 : Pesta Para Malaikat Pelindung

Bacaan Liturgi:

+ Kel 23:20-23a,
+
Mat 18:1-5,10

 

Gereja Katolik percaya bahwa Tuhan Allah memberikan kepada setiap orang beriman seorang malaekat pelindung. Kepercayaan akan perlindungan malaekat sebagai utusan Allah sudah ada semenjak Perjanjian Lama. Bacaan pertama dalam Misa Kudus hari ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan malaekatNya sebagai pelindung dan penasehat bangsa Yahudi: "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaekat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. . . "(Kel 23:22 dst). Bangsa Yahudi harus selalu mendengarkan dia agar bisa selamat.

Dalam Injil hari ini, Yesus mengatakan: "Ingatlah, janganlah menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaekat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapakKu yang di sorga" (Mat 18: 10). Setiap kita mempunyai seorang malaekat pelindung. Ia bertugas melindungi, membimbing dan mempersembahkan doa dan karya-karya kita kepada Allah. Kita harus selalu menghormati malaekat pelindung kita, karena dialah sahabat kita yang ditugaskan Tuhan untuk mendampingi kita dalam hidup ini.

”Malaikat Allah, engkau yang diserahi oleh kemurahan Tuhan untuk melindungi aku, terangilah, lindungilah, bimbinglah dan hantarlah aku ke kehidupan yang kekal.”

Another Prayer to the Guardian Angels
My good Angel, Thou comest from heaven; God has sent thee to take care of me. Oh, shelter me under thy wings. Lighten my path, direct my steps. Do not leave me, stay quite near me and defend me against the spirit of evil. But above all come to my help in the last struggle of my life. Deliver my soul so that with thee it may praise, love and contemplate the goodness of God forever and ever. Amen.

Thursday, October 01, 2009

Biarlah saya menjadi mainanMu

Hari ini, Kamis, 1 Oktober 2009

Pesta St. Teresia dr. Kanak-kanak Yesus

Bacaan Liturgi:

Neh 8:1-4a,5-6,7b-12,
Luk 10:1-12 (
Kerajaan Allah sudah dekat)

 

Untuk renungan singkat dari bacaan Injil dapat dicari dan baca di Alfonsus Aditya's Another Life dengan tema yang sama.

Hari ini Gereja Katolik memperingati Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus. Mari kita merenungkan kisah hidupnya dan mengambil makna yang indah dari doanya di masa kecil.

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Karya Misi Maria Francoise Therese Martin lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1873. Theresia adalah puteri bungsu dari keluarga saleh Louis Martin dan Azelie Guerin. Ayahnya seorang pembuat arloji di kota Alencon. Ia dikenal sebagai putri kecil yang sangat perasa dan cepat menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Walaupun demikian dia sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia Roh Kudus dan bahwa dia harus mengabdikan hidupnya kepada Tuhan.

Kerinduannya untuk bersatu dengan Kanak-kanak Yesus sangatlah besar, dan karena itu di kemudian hari setelah ia digelari 'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus' dan Theresia dari Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya. Kerinduannya itu terungkap dalam salah satu doanya berikut ini:

"Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan!' Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!"

Inilah doa Theresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukan tetapi belum bisa disambutnya karena umurnya baru 7 tahun. Betapa bahagia hati Theresia, ketika pada umur 12 tahun boleh menyambut Tubuh Yesus untuk pertama kalinya. Di hadapan sebuah salib, ia berjanji: "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan 'memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat."

Kerinduan Theresia yang begitu besar pada Yesus mendesak dia untuk menjalani kehidupan khusus sebagai seorang biarawati, mengikuti teladan 4 orang saudaranya yang sudah lebih dahulu menjadi suster. Tetapi ia belum bisa diterima karena umurnya baru 14 tahun. Ia tidak putus asa. Ia berziarah ke Roma bersama orangtuanya. Dalam audiensi umum dengan Bapa Suci, ia dengan berani meminta izin khusus dari Bapa Suci untuk menjadi suster. Permintaannya itu dikabulkan dan dia boleh masuk biara pada umur 15 tahun. Ia diterima dalam biara Suster-suster Karmelit di Lisieux, Prancis. Ia rajin berdoa dan melakukan tapa bagi semua orang berdosa. Ia juga berdoa bagi para misionaris dan kemajuan Kerajaan Allah di seluruh dunia.

Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang parah. Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu dengan gembira. Penyakit ini kemudian merenggut nyawanya pada tanggal 30 September 1897 di biara Lisieux. Theresia meninggal dunia dalam usia yang sangat muda, 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadinya yang ditulis atas permintaan ibu biara: "Kisah suatu Jiwa." Di dalamnya ia menunjukkan bahwa kesucian hidup dapat dicapai oleh siapa saja, betapa pun rendah, hina dan biasa orang itu. Caranya ialah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih yang murni kepada Tuhan. Theresia adalah seorang Suster Karmelit yang terkenal di Prancis pada abad 20. Pada tahun 1925, ia digelari sebagai 'santa' oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai 'Pelindung Karya Misi Gereja'. Kemudian oleh Paus Pius XII (1939-1958), Theresia diangkat sebagai 'Pelindung Prancis'. (Sumber: http://www.imankatolik.or.id )

St. Theresia, Doakanlah kami.