Thursday, December 24, 2009

Tuhan itu baik bagi semua orang.

Tuhan itu baik bagi semua orang…

Saudara-saudari yang terkasih, umat kristiani di mana pun Anda berada , entah sudah berapa lama kita menjadi orang kristen yang setiap tahunnya merayakan Natal; mungkin ada yang sudah dibaptis sejak bayi, mungkin ada juga yang dibaptis dewasa atau mungkin ada yang baru saja dibaptis atau malah justru ada yang baru mau dibaptis... Hal yang sama juga terjadi pada kita di tempat kita kerja masing-masing, entah sudah berapa lama kita bekerja, ada yang sudah dari awal, ada yang 7 tahun, 5 tahun, 3 tahun atau ada yang baru saja bekerja.

Sudah lama menjadi orang Kristen atau sudah lama bekerja tentu bukan menjadi ukuran bahwa kita sudah BAIK. Lama atau baru bukan menjadi patokan bahwa kita sudah menjadi pengikut Kristus yang BAIK. Pertanyaannya adalah: ”Mengapa kita harus menjadi BAIK?”

Pesan Natal 2009 yang disampaikan oleh PGI (Persekutuan Gereja-Gereja Indonesia) dan KWI (Konferensi WaliGereja Indonesia) diberi Judul dengan mengutip dari Mazmur 145:9ª, “Tuhan itu Baik kepada semua orang...”  Mengapa kita harus menjadi BAIK? Karena Tuhan kita itu BAIK kepada semua orang. Karena begitu BAIKnya Tuhan kita, karena begitu besar kasih Allah akan dunia ini, sehingga Ia telah mengkaruniakan Anak-NYA yang tunggal, supaya setiap orang yang percaya kepada-Nya tidak binasa, melainkan beroleh hidup yang kekal. Yesus, Anak Allah yang tunggal diutus ke dunia, Ia lahir di bumi ini demi kita.

Sebagaimana kelahiran Yesus Kristus adalah bagi semua orang, maka umat Kristiani pun hidup dan berbagi keBAIKan kepada semua orang. Ke semua orang, bukan hanya yang kristen saja, tetapi semua orang. Karena Tuhan itu BAIK kepada semua orang dan berkenan lahir di antara kita maka kita pun sebagai pengikut Kristus juga harus menjadi BAIK bagi semua orang, menjalin relasi penuh damai dengan sesama dari suku, agama atau golongan apapun. Dalam semangat Natal yang seperti inilah kita bisa merefleksikan peristiwa yang sudah kita lalui di tahun 2009; Krisis Ekonomi Global, aksi Terorisme, Pemilu, Bencana Alam atau bahkan perusahaan tempat kita bekerja. Tuhan itu BAIK karena kelahiran Yesus di dunia untuk memampukan kita melewati semua peristiwa tersebut BERSAMA sesama kita manusia. Kita tidak sendiri. Kita akan bisa melewati dan memaknai semua peristiwa hidup kita BERSAMA Yesus dan Sesama kita.

Maka Natal ini jangan berhenti hanya pada kemeriahan perayaan atau acaranya saja. Anugerah Natal terlalu besar untuk dibatasi dalam pesta atau perayaan saja, apalagi hanya disimpan sendiri. Hendaknya Natal ini kita resapi sukacitanya, kita alami damaiNya lalu kita bagikan kepada sesama. Itulah Natal: Kelahiran yang memberi kita kekuatan berbagi dan mengambil hikmah dari setiap peristiwa hidup kita. Natal mengingatkan kita bahwa selalu ada kebaikan dalam peristiwa hidup ini, sehingga seperti Pemazmur, kita bisa berseru: Sungguh, ”Tuhan itu BAIK bagi semua orang dan penuh rahmat terhadap segala yang dijadikanNYA”.

Kebaikan Allah kepada kita tidak perlu lagi kita ragukan. Yang perlu diragukan adalah kebaikan kita. Mari kita bertanya pada diri masing-masing, apakah aku sudah BAIK? Mari ajak diri kita dan keluarga kita untuk Hidup sebagai orang Kristen yang BAIK, Mari berusaha menjadi Pekerja Kristiani yang BAIK, mari menjadi pembawa kebaikan, membawa damai Natal bagi Semua orang dengan mengasihi sungguh-sungguh sesama kita dari suku, agama atau golongan apapun. Sekali lagi kata kuncinya adalah BAIK. Hidup sebagai orang Kristen dan pekerja kristiani yang BAIK bisa ditunjukkan misalnya dengan menghargai waktu, bersemangat dalam bekerja, peduli pada rekan kerja, tidak mudah mengeluh, tidak menaruh rasa iri, menebar senyum keceriaan, disiplin, percaya diri karena bisa, rendah hati dan jujur bersahaja. Orang Kristen yang hidup dengan BAIK tentu berpikir yang BAIK-BAIK, berbicara yang BAIK, melihat yang BAIK dan bertindak dengan BAIK pula.

Maafkan saya kalau saya menutup tulisan ini dengan pengandaian yang sedikit bernada menantang:

Kalau memang kita BAIK, mari berlomba-lomba berbagi kebaikan. Kalau memang kita BAIK, tebarlah kebaikan dimanapun, dengan siapapun dan kapanpun karena memang Tuhan itu BAIK bagi semua orang. Kalau memang kita BAIK, mari jangan hanya BAIK di gereja saja, tetapi juga BAIK di tempat kerja dan BAIK di lingkungan masyarakat. Selamat Berbagi KeBAIKan.

Selamat Natal dan selamat menyambut Tahun Baru 2010.

Terimakasih.

 

Monday, December 21, 2009

Lady of Guadalupe

Our Lady of Guadalupe (Spanish: Nuestra Señora de Guadalupe) is a celebrated 16th-century icon of the Virgin Mary, mother of Jesus Christ. The image, also known as the Virgin of Guadalupe (Spanish: Virgen de Guadalupe) represents a famous Marian apparition. According to the traditional account, the image appeared miraculously on the front of a simple peasant's cloak. The image still exists; it is on display in the Basilica of Guadalupe in Mexico City. It is perhaps Mexico's most popular religious and cultural image, and the focus of an extensive pilgrimage. The feast day of Our Lady of Guadalupe is December 12. She is said to have appeared to Saint Juan Diego on the hill of Tepeyac near Mexico City between December 9 and December 12, 1531.

The Virgin of Guadalupe is a symbol of significant importance to Mexican Catholics. The Virgin Mary in this aspect has been given the title: "Patroness of the Americas". According to Bishop Francesco Giogia the Basilica of Our Lady of Guadalupe in Mexico City was the most visited Catholic shrine in the world in 1999, followed by San Giovanni Rotondo and Our Lady of Aparecida.[1]

The Virgin of Guadalupe has also symbolized the Mexican nation since the Mexican War of Independence. The armies of Miguel Hidalgo, Emiliano Zapata and Subcomandante Marcos all marched beneath flags bearing the Guadalupan image, and Our Lady of Guadalupe is generally recognized to be a symbol of all Catholic Mexicans.

Bunda dari Guadalupe atau dikenal juga dengan sebutan Our Lady of Guadalupe atau Virgin of Guadalupe, adalah salah satu dari peristiwa penampakan Maria paling tua yang tercatat dalam sejarah agama Katolik, peristiwanya terjadi di Meksiko, yang pada saat itu dihuni oleh oleh bangsa Aztek. Pada tahun 1521 penjelajah Spanyol Hernan Cortez berhasil menaklukkan bangsa Aztek dengan menduduki ibu kotanya. Bersamaan dengan pendudukan itu orang Spanyol juga menyebarkan agama Katolik ke antara suku indian Aztek. Salah seorang indian bernama Quauhtlatoatzin dibaptis oleh pastur Franciscan, lalu diganti namanya menjadi Juan Diego dan orang inilah yang berjumpa dengan Bunda Maria sampai 4 kali pada Desember 1531. Rentetan peristiwa penampakan itu dan kejadian-kejadian luar biasa yang menyertainya begitu istimewa sehingga menempatkan peristiwa penampakan itu menjadi salah satu peristiwa penampakan paling terkenal sampai sekarang.

Bunda Maria menampakan dirinya kepada indian miskin tersebut di Tepeyac, sebuah bukit di timur laut kota Cuautitlan (sekarang Meksiko), Ia menyatakan dirinya sebagai "Ibu dari Allah yang benar", mengatakan kepada Juan Diego untuk memerintahkan uskup supaya membangun sebuah kuil. Sebagai bukti penampakannya, Bunda Maria mencetak citra dirinya pada tilma (semacam mantel yang dibuat dari serat kaktus) milik Diego. Tilma itu adalah pakaian kualitas rendah yang seharusnya tidak bertahan sampai 20 tahun tetapi secara ajaib tilma itu tidak menunjukkan tanda-tanda kerusakan setelah lebih dari 460 tahun kemudian.

Bandingkan dengan artikel di http://www.gerejakatolik.org/ziarah/guadalupe.htm

 

 

Friday, October 16, 2009

Hai sahabat-sahabat-Ku... , takutilah Dia!

Sementara itu beribu-ribu orang banyak telah berkerumun, sehingga mereka berdesak-desakan. Lalu Yesus mulai mengajar, pertama-tama kepada murid-murid-Nya, kata-Nya: "Waspadalah terhadap ragi, yaitu kemunafikan orang Farisi. Tidak ada sesuatupun yang tertutup yang tidak akan dibuka dan tidak ada sesuatupun yang tersembunyi yang tidak akan diketahui. Karena itu apa yang kamu katakan dalam gelap akan kedengaran dalam terang, dan apa yang kamu bisikkan ke telinga di dalam kamar akan diberitakan dari atas atap rumah. Aku berkata kepadamu, hai sahabat-sahabat-Ku, janganlah kamu takut terhadap mereka yang dapat membunuh tubuh dan kemudian tidak dapat berbuat apa-apa lagi. Aku akan menunjukkan kepada kamu siapakah yang harus kamu takuti. Takutilah Dia, yang setelah membunuh, mempunyai kuasa untuk melemparkan orang ke dalam neraka. Sesungguhnya Aku berkata kepadamu, takutilah Dia! Bukankah burung pipit dijual lima ekor dua duit? Sungguhpun demikian tidak seekorpun dari padanya yang dilupakan Allah, bahkan rambut kepalamupun terhitung semuanya. Karena itu jangan takut, karena kamu lebih berharga dari pada banyak burung pipit. (Luk. 12:1-7; Injil Jumat, 16 Oktober 2009)

Membaca perikop Injil hari ini, menikmatinya kata per kata, meresapinya, serasa mendapatkan dukungan kuat untuk selalu bermenung sambil bertanya, ”Kita hidup untuk siapa?” Aku Hidup untuk apa? Pertanyaan permenungan ini tentu tak akan terpuaskan dengan satu jawaban, tidak juga dalam satu saat dan permenungan selesai. It is ongoing contemplation. Terus akan dicari jawabannya. Kita diarahkan olehNYA hari ini melalui bacaan ini.

Banyak pekerja yang sering diberi tantangan yang menggairahkan untuk mencapai target tertentu dengan imbalan yang disepakati. Perlu dicatat bahwa kita juga pekerja di ladang Tuhan. Kita juga diberi tantangan baru untuk bekerja dengan JUJUR, Tidak MUNAFIK. Bersikap munafik cenderung membawa kita untuk tidak jujur, tidak menerima diri, sering berbohong karena satu kebohongan biasanya akan diikuti oleh kebohongan berikutnya. Akhirnya kita menjadi pribadi yang tidak percaya diri, bahkan penakut, karena takut menjadi malu, takut terbongkar rahasianya.

Sering kita merasa ”harus” berbohong dan menjadi munafik karena takut akan didera rasa malu kalau banyak orang tahu siapa diri kita yang sebenarnya, kita bersikap munafik untuk menutupi jati diri kita yang sebenarnya sehingga orang memandang kita sebagai pribadi yang hebat. Kita takut kepada mereka yang bisa menyinggung perasaan kita, kita takut kepada orang yang mungkin bisa membunuh tubuh kita maka kita berbohong dan berlaku munafik.

Tetapi kita mungkin lupa bahwa kita berharga di hadapan Allah. Kita ini kepunyaan Allah yang berharga yang akan dijagaNYA, bahkan rambut kepala kita pun dihitungNYA. Kita sering takut kepada orang lain tetapi justru tidak ”TAKUT” akan Allah yang memiliki dan memelihara kita. Kalau kita takut; kalau kita malu, seharusnya kita takut dan malu kepada DIA yang BerKUASA untuk melemparkan kita ke Api Neraka. Mari sahabat-sahabatku, jangan kita berlaku munafik dan takut kepada orang lain, tetapi Takutilah DIA...!

Takut akan Allah konvergen dengan Kita hidup untuk siapa, kita hidup untuk apa...?

Tuesday, October 06, 2009

TELITI DIRI

Manusia terkadang berbuat sesuatu yang menurutnya benar tetapi karena kurang teliti, akhirnya di kemudian saat baru menyadari bahwa dia salah. Kesalahan itu bukan karena pada dirinya dia jahat atau sengaja mengabaikan norma ataupun aturan yang berlaku, hanya saja kadang kesalahan seperti itu lebih disebabkan oleh kurangnya ”TELITI DIRI”.

Sekarang saya sadar bahwa saya salah mengambil bacaan Injil hari Senin kemarin, bacaan Injil hari Senin kemarin seharusnya menjadi bacaan Injil hari ini, Selasa, 6 Oktober 2009. Hal ini juga disebabkan karna kurangnya TELITI DIRI ketika melakukan sesuatu. Untuk itu saya mohon maaf.  Saya mohon maaf dan kiranya Anda masih berkenan saya ajak untuk membaca Injil hari ini:

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk. 10: 38-42)

 

Ketika kita merasa benar dengan apa yang kita lakukan, marilah tetap MENELITI DIRI. Marta merasa bahwa kesibukkannya melayani Yesus adalah hal yang benar yang harus dilakukannya. Bahkan karena merasa benar, Marta mengeluarkan kalimat supaya dibela atau dipuji oleh Tuannya dengan meminta Tuannya menyuruh Maria untuk membantunya. Tetapi jawaban Yesus sungguh luar biasa, di luar dugaan, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Kalau kita jadi Marta, tentu kita akan tertohok dan diam seribu bahasa. Diam dan meneliti diri.

Ternyata yang benar menurut kita belum tentu benar menurut ukuran yang lebih besar dan mulia. Karena merasa benar kita cenderung ”kewanen” (bahasa jawa: sok berani) dan lupa untuk tetap TELITI DIRI. Mario Teguh, motivator yang kalem nan cermat itu pernah mengatakan: Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan bila anda sedang takut, jangan terlalu takut. Karena keseimbangan sikap adalah penentu ketepatan perjalanan kesuksesan anda. Mari menjaga keseimbangan sikap menuju kesuksesan dengan meneladani Maria, TELITI DIRI dengan duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya.

Monday, October 05, 2009

HADIR dengan UTUH

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk 10:38-42)

 

Hari ini adalah hari Senin. Sebagian besar orang (terutama orang kantoran) menganggap bahwa hari Senin adalah hari yang berat, walaupun hari Senin adalah hari pertama dalam pekan tapi sering jadi momok karena masih dibayangi hawa liburan. Hari Senin menjadi hari yang dijejali oleh begitu banyak jenis pekerjaan atau beban kerja yang banyak. Dari sekian banyak hal yang harus dilakukan, kita justru sering tidak tahu mana yang harus diutamakan. Kita sibuk dengan banyak perkara tetapi setengah-setengah melakukannya. Di saat seperti inilah mungkin kita mesti ingat pesan Yesus kepada Marta, ”Engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Kita tentu tidak mau bekerja berat, kerja keras tapi sekaligus mengeluh ke atasan, apalagi hasilnya tidak dihargai atasan. Istilah yang sering dipakai sekarang ialah, “Work hard is not enough, we must work smart”. Work smart berarti tahu apa yang utama dan tahu strategi untuk mencapai tujuan dengan baik. Sebagai pekerja, satu hal yang bisa kita syukuri dari Injil hari ini, yaitu bahwa kita diingatkan untuk menyusun skala prioritas dan mewujudkannya dengan work smart.

Hal lain yang menjadi mutiara dari Injil hari ini adalah pentingnya menghargai ”presensia” atau ”Kehadiran” dalam artian saat ini. Sering dalam hidup sehari-hari kita disibukkan dengan kerja, cari uang, bahkan sibuk mengikuti berbagai kegiatan Gereja atau kemasyarakatan. Karena kesibukkan itu, kita merasa lelah untuk menghargai hal-hal yang seolah sepele tetapi justru mendasar. Kita lelah bekerja hingga tidak lagi bisa menghargai pentingnya HADIR dan bercerita dengan anak atau isteri sendiri. Di saat kita berbicara dengan seseorang kita justru memikirkan masalah lain. Ketika di rumah kita memikirkan pekerjaan. Ketika di tempat kerja kita justru memikirkan hal lain, entah itu urusan pribadi atau urusan rumah. Kita tidak HADIR secara utuh; HADIR secara utuh berarti menghadirkan diri secara fisik, jiwa raga dan hati budi kita.

Apa yang dilakukan Marta tidak sepenuhnya salah. Hanya saja dia kurang menghargai Ke-HADIR-an Yesus sekaligus tidak mau meng-HADIR-kan dirinya sendiri di hadapan Yesus secara utuh. Sepertinya contoh yang mirip adalah ketika kita ikut Misa/Perayaan Ekaristi tetapi pikiran kita justru tertuju pada handphone atau blackberry atau saat berdoa kita malah sibuk memikirkan rencana kencan atau rencana bisnis. Mutiara Injil yang bersinar-sinar ini memanggil kita untuk sungguh HADIR secara UTUH dimanapun kita berada terutama SAAT kita berada di Rumah Tuhan, atau berdoa di hadiratNYA.

Akhirnya kita bisa memeluk erat mutiara Injil hari ini yaitu bahwa: Satu saja yang perlu: memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari pada kita. Tentu yang terbaik adalah mendekatkan diri kepada Tuhan, duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkanNYA.

Friday, October 02, 2009

Para Malaikat Pelindung

Jumat, 2 Oktober 2009 : Pesta Para Malaikat Pelindung

Bacaan Liturgi:

+ Kel 23:20-23a,
+
Mat 18:1-5,10

 

Gereja Katolik percaya bahwa Tuhan Allah memberikan kepada setiap orang beriman seorang malaekat pelindung. Kepercayaan akan perlindungan malaekat sebagai utusan Allah sudah ada semenjak Perjanjian Lama. Bacaan pertama dalam Misa Kudus hari ini menunjukkan bahwa Tuhan memberikan malaekatNya sebagai pelindung dan penasehat bangsa Yahudi: "Sesungguhnya Aku mengutus seorang malaekat berjalan di depanmu, untuk melindungi engkau di jalan dan untuk membawa engkau ke tempat yang telah Kusediakan. . . "(Kel 23:22 dst). Bangsa Yahudi harus selalu mendengarkan dia agar bisa selamat.

Dalam Injil hari ini, Yesus mengatakan: "Ingatlah, janganlah menganggap rendah seorang dari anak-anak kecil ini. Karena Aku berkata kepadamu: Ada malaekat mereka di sorga yang selalu memandang wajah BapakKu yang di sorga" (Mat 18: 10). Setiap kita mempunyai seorang malaekat pelindung. Ia bertugas melindungi, membimbing dan mempersembahkan doa dan karya-karya kita kepada Allah. Kita harus selalu menghormati malaekat pelindung kita, karena dialah sahabat kita yang ditugaskan Tuhan untuk mendampingi kita dalam hidup ini.

”Malaikat Allah, engkau yang diserahi oleh kemurahan Tuhan untuk melindungi aku, terangilah, lindungilah, bimbinglah dan hantarlah aku ke kehidupan yang kekal.”

Another Prayer to the Guardian Angels
My good Angel, Thou comest from heaven; God has sent thee to take care of me. Oh, shelter me under thy wings. Lighten my path, direct my steps. Do not leave me, stay quite near me and defend me against the spirit of evil. But above all come to my help in the last struggle of my life. Deliver my soul so that with thee it may praise, love and contemplate the goodness of God forever and ever. Amen.

Thursday, October 01, 2009

Biarlah saya menjadi mainanMu

Hari ini, Kamis, 1 Oktober 2009

Pesta St. Teresia dr. Kanak-kanak Yesus

Bacaan Liturgi:

Neh 8:1-4a,5-6,7b-12,
Luk 10:1-12 (
Kerajaan Allah sudah dekat)

 

Untuk renungan singkat dari bacaan Injil dapat dicari dan baca di Alfonsus Aditya's Another Life dengan tema yang sama.

Hari ini Gereja Katolik memperingati Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus. Mari kita merenungkan kisah hidupnya dan mengambil makna yang indah dari doanya di masa kecil.

Santa Theresia dari Kanak-kanak Yesus, Perawan dan Pelindung Karya Misi Maria Francoise Therese Martin lahir di Alencon, Prancis pada tanggal 2 Januari 1873. Theresia adalah puteri bungsu dari keluarga saleh Louis Martin dan Azelie Guerin. Ayahnya seorang pembuat arloji di kota Alencon. Ia dikenal sebagai putri kecil yang sangat perasa dan cepat menangis sehingga teman-temannya tidak akrab dengannya. Walaupun demikian dia sadar bahwa dirinya dipenuhi karunia Roh Kudus dan bahwa dia harus mengabdikan hidupnya kepada Tuhan.

Kerinduannya untuk bersatu dengan Kanak-kanak Yesus sangatlah besar, dan karena itu di kemudian hari setelah ia digelari 'kudus', ia dinamai 'Theresia dari Kanak-kanak Yesus' dan Theresia dari Lisieux'. Kepada Yesus ia berjanji tidak akan pernah segan melakukan apa saja yang dikehendaki Tuhan dari padanya. Kerinduannya itu terungkap dalam salah satu doanya berikut ini:

"Yesus, tentu Engkau senang mempunyai mainan. Biarlah saya menjadi mainanMu! Anggap saja saya ini mainanMu. Bila akan Kauangkat, betapa senang hatiku. Jika hendak Kausepak kian kemari, silakan!' Dan kalau hendak Kautinggalkan di pojok kamar lantaran bosan, boleh saja. Saya akan menunggu dengan sabar dan setia. Tetapi kalau hendak Kautusuk bolaMu. . .O, Yesus, tentu itu sakit sekali, namun terjadilah kehendakMu!"

Inilah doa Theresia Martin kepada Kanak-kanak Yesus yang sangat dirindukan tetapi belum bisa disambutnya karena umurnya baru 7 tahun. Betapa bahagia hati Theresia, ketika pada umur 12 tahun boleh menyambut Tubuh Yesus untuk pertama kalinya. Di hadapan sebuah salib, ia berjanji: "Yesus di kayu salib yang haus, saya akan 'memberikan air kepadaMu. Saya bersedia menderita sedapat mungkin, agar banyak orang berdosa bertobat."

Kerinduan Theresia yang begitu besar pada Yesus mendesak dia untuk menjalani kehidupan khusus sebagai seorang biarawati, mengikuti teladan 4 orang saudaranya yang sudah lebih dahulu menjadi suster. Tetapi ia belum bisa diterima karena umurnya baru 14 tahun. Ia tidak putus asa. Ia berziarah ke Roma bersama orangtuanya. Dalam audiensi umum dengan Bapa Suci, ia dengan berani meminta izin khusus dari Bapa Suci untuk menjadi suster. Permintaannya itu dikabulkan dan dia boleh masuk biara pada umur 15 tahun. Ia diterima dalam biara Suster-suster Karmelit di Lisieux, Prancis. Ia rajin berdoa dan melakukan tapa bagi semua orang berdosa. Ia juga berdoa bagi para misionaris dan kemajuan Kerajaan Allah di seluruh dunia.

Theresia akhirnya menderita sakit paru-paru yang parah. Selama dua tahun lamanya ia menanggung beban penderitaan itu dengan gembira. Penyakit ini kemudian merenggut nyawanya pada tanggal 30 September 1897 di biara Lisieux. Theresia meninggal dunia dalam usia yang sangat muda, 24 tahun. Ia mewariskan catatan riwayat pribadinya yang ditulis atas permintaan ibu biara: "Kisah suatu Jiwa." Di dalamnya ia menunjukkan bahwa kesucian hidup dapat dicapai oleh siapa saja, betapa pun rendah, hina dan biasa orang itu. Caranya ialah melaksanakan pekerjaan-pekerjaan kecil dan tugas sehari-hari dengan penuh cintakasih yang murni kepada Tuhan. Theresia adalah seorang Suster Karmelit yang terkenal di Prancis pada abad 20. Pada tahun 1925, ia digelari sebagai 'santa' oleh Paus Pius XI (1922-1939) dan diangkat sebagai 'Pelindung Karya Misi Gereja'. Kemudian oleh Paus Pius XII (1939-1958), Theresia diangkat sebagai 'Pelindung Prancis'. (Sumber: http://www.imankatolik.or.id )

St. Theresia, Doakanlah kami.

 

Wednesday, September 30, 2009

Menjadi Manusia Baru

Injil hari ini (Rabu, 30 September 2009) diambil dari Luk 9:57-62

Ketika Yesus dan murid-murid-Nya melanjutkan perjalanan mereka, berkatalah seorang di tengah jalan kepada Yesus: "Aku akan mengikut Engkau, ke mana saja Engkau pergi." Yesus berkata kepadanya: "Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya." Lalu Ia berkata kepada seorang lain: "Ikutlah Aku!" Tetapi orang itu berkata: "Izinkanlah aku pergi dahulu menguburkan bapaku." Tetapi Yesus berkata kepadanya: "Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana." Dan seorang lain lagi berkata: "Aku akan mengikut Engkau, Tuhan, tetapi izinkanlah aku pamitan dahulu dengan keluargaku." Tetapi Yesus berkata: "Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah."

 

Saya coba meyakini berjuang untuk mengalami bahwa menjadi manusia baru itu seperti: setelah seseorang Dibaptis, seperti ketika menjalani pengalaman Paskah, seperti ketika mensyukuri Rahmat Pertobatan. Ini termasuk hal yang saya sebut dengan Kebangkitan; Lahir Baru. Bacaan hari ini mengingatkan saya bahwa ketika saya dibaptis walau masih kecil (bayi) itu berarti bahwa orangtua saya sudah bertekad membawa saya dengan cara-cara baru, yaitu cara hidup menurut iman Katolik. Sekarang, ketika membaca bacaan hari ini, kita juga ditantang, kalau memang mau mengikuti Yesus, kita harus siap dengan cara-cara yang baru, mau menerima perubahan mendasar: Hidup untuk Kerajaan Allah. Konsekuensinya ialah kita tidak terikat oleh materi (”Serigala mempunyai liang dan burung mempunyai sarang, tetapi Anak Manusia tidak mempunyai tempat untuk meletakkan kepala-Nya.”), tidak terikat oleh masa lalu dan kesedihan (Biarlah orang mati menguburkan orang mati; tetapi engkau, pergilah dan beritakanlah Kerajaan Allah di mana-mana."), bahkan bebas dan tidak terikat dengan keluarga ("Setiap orang yang siap untuk membajak tetapi menoleh ke belakang, tidak layak untuk Kerajaan Allah.").  Cara-cara yang ditawarkan Yesus terkesan radikal nan ekstrem, tetapi itulah cara hidup yang baru.

 

Hari ini Gereja Katolik juga memperingati Pesta nama St. Hieronimus, Orang Kudus dan Pujangga Gereja yang dengan cara-cara baru mewartakan Kerajaan Allah, yaitu menterjemahkan Alkitab dari bahasa Yunani dan Ibrani ke dalam bahasa Latin; Perjanjian Lama diterjemahkannya dari bahasa Ibrani dan Aramik ke dalam bahasa Latin, sedangkan Perjanjian Baru diterjemahkannya dari bahasa Yunani ke dalam bahasa Latin. Untuk lebih mengenal siapa St. Hieronimus silahkan berkunjung ke:  http://www.imankatolik.or.id/kalender/30Sep.html

 

Terimakasih juga untuk Pak Mario Teguh. Motivator yang kalem dan cermat dalam diksi ini telah menampilkan beberapa kalimat singkat yang tajam untuk menunjukkan bagaimana seseorang seharusnya menjadi Pribadi Baru. Mari kita sejenak mengutip pendapat Motivator Super itu:

Jangan menolak perubahan hanya karena anda takut kehilangan yang telah dimiliki, karena dengannya anda merendahkan nilai yang bisa anda capai melalui perubahan itu.

Anda tidak akan berhasil menjadi pribadi baru bila anda bersikeras untuk mempertahankan cara-cara lama anda. Anda akan disebut baru, hanya bila cara-cara anda baru.

Tugas kita bukanlah untuk berhasil. Tugas kita adalah untuk mencoba. Di dalam mencoba itulah kita menemukan cara baru dan belajar membangun kesempatan untuk berhasil.

Mengapa Anda hanya dekat dengan mereka yang anda sukai dan seringkali anda menghindari orang yang tidak anda sukai?  Padahal dari dialah Anda akan mengenal sudut pandang yang baru.

 

Semoga...

 

Masuki Sisi Lain kehidupan Anda di Alfonsus Aditya's Another Life

 

Tuesday, September 29, 2009

Malaikat Agung

Injil Hari ini: Yoh. I:47-51

Renungan

Cerita tentang malaikat bukan sesuatu yang asing bagi kita. Sejak kecil kita sudah banyak mendengar cerita tentang ini. Meskipun cerita malaikat sudah kita dengar sejak kecil namun keberadaannya sunggug nyata, bukan hanya cerita dongeng. Mengingkari keberadaan malaikat sama juga mengingkari kebenaran Kitab Suci yang menegaskan bahwa keberadaan malaikat sungguh ada dan nyata.

Hari ini Gereja merayakan pesta tiga malaikat agung, Mikael, Gabriel, dan Rafael. Para malaikat adalah utusan Allah. Mereka mengabdi Allah di surga dan melaksanakannya perintahNya di dunia. Kita merayakan pesta untuk ketiga malaikat agung ini karena kita mengakui perannya yang besar dalam perjalanan pewahyuan Allah dan mengambil bagian dalam hidup iman kita.

Bagaimna malaikat itu sesungguhnya? Kita akan melihat pada saatnya, seperti yang dikatakan Yesus: "sesungguhnya engkau akan melihat langit terbuka dan malaikat-malaikat Allah turun naik kepada Anak Manusia".

 

Mengenal sekilas Mikael, Gabriel dan Rafael, Malaikat Agung

Mikael, yang berarti 'Siapakah yang sama dengan Allah?' adalah malaekat agung Allah dan panglima bala tentara surga. Dalam iman Kristen, Mikael dikenal sebagai pembela kaum beriman menghadapi serangan musuh. Cerita-cerita klasik tentang malaekat agung Mikael umumnya bersumber pada kitab Wahyu Yohanes yang menggambarkan pertentangan antara Yang Baik dan yang jahat.

Dalam Wahyunya, Yohanes menulis: "Mikael bersama malaekat-malaekatnya berperang melawan naga itu dan naga itu dibantu oleh malaekat-malaekatnya, tetapi mereka tidak dapat bertahan; mereka tidak mendapat tempat lagi di sorga. Dan naga besar itu, si ular tua, yang disebut Iblis atau Satan, yang menyesatkan seluruh dunia, dilemparkan ke bawah; ia dilemparkan ke bumi, bersama-sama dengan malaekat-malaekatnya." (Why 12:7-9).

Lalu Yohanes mendengar suara nyaring di surga: "Sekaranglah saatnya Allah menyelamatkan umatNya! Sekarang Allah sudah menunjukkan kuasaNya sebagai Raja! Sekarang Raja Penyelamat Yang dijanjikanNya itu telah menunjukkan kekuasaanNya! Sebab, yang menuduh saudara-saudara kita di hadapan Allah siang dan malam, sudah dikeluarkan dari surga. Saudara-saudara kita sudah mengalahkan dia dengan darah Anak Domba itu, dan dengan Sabda Allah yang mereka kabarkan. Mereka rela mengorbankan nyawa mereka sampai mati. Sebab itu, hendaklah surga dan semua yang tinggal di dalamnya, bersuka ria! Tetapi celakalah bumi dan laut, karena iblis sudah turun kepadamu dengan amarah yang sangat besar. Sebab ia tahu bahwa waktunya tinggal sedikit." (Why 12: 10-12).

Mikael bersama malaekat-malaekat baik telah mengalahkan lusifer dengan sahabat-sahabatnya. Orang-orang Kristen yang rela mengorbankan nyawanya sudah menang berkat darah Kristus dan Sabda Ilahi. Namun Satan tetap mau menjatuhkan manusia di hadapan Tuhan; satan tetap berusaha menjauhkan manusia dari Tuhan, sumber hidup abadi. Tetapi orang beriman yang bersekutu dengan Mikael akan menang. Mikael adalah pembela kaum beriman dari segala serangan musuh yang jahat.

Bangsa Israel memandang Mikael sebagai pembelanya dalam segala penganiayaan, godaan dan perpecahan. Kitab Daniel mengungkapkan sbb: " . . . kemudian Mikael, salah seorang dari pemimpin-pemimpin terkemuka, datang menolong aku, dan aku meninggalkan dia di sana berhadapan dengan raja-raja orang Persia. . . " (Dan 10:13). Sebagaimana Israel, demikian juga Gereja senantiasa memandang Mikael sebagai pelindung, pembela Gereja dalam penganiayaan, godaan dan perpecahan. Umat Kristen mendirikan banyak gereja di atas bukit dan gunung dengan nama Mikael. Banyak kerajaan (seperti di Jerman); kota dan umat mempercayakan diri kepada pimpinan malaekat Mikael yang setia kepada Tuhan. Penghormatan kepada Mikael semakin besar setelah penampakannya di atas Gunung Gargano, Italia pada abad ke-5. Di atas gunung Gargano kemudian didirikan sebuah gereja megah untuk menghormati Mikael.

Selain itu diceritakan bahwa sewaktu Roma terserang wabah, Paus Gregorius melihat malaekat Mikael tengah menghunus pedangnya di atas makam Kaisar Adrian, yang sekarang disebut Benteng Santo Angelo. Orang-orang Negro Amerika bernyanyi: Michael, row the boat ashore! Alleluia!' Lagu ini mengingatkan tradisi tentang Santo Mikael sebagai penerima dan pengawal jiwa orang yang meninggal.

 

Gabriel, yang lazim disebut juga 'Jibrail' berarti 'Kekuatan Allah.' Dalam tradisi Kristen malaekat agung ini dikenal sebagai 'pembawa khabar gembira' dari Tuhan kepada manusia. Peranannya sebagai pelayan dan utusan Allah sudah dikenal umat Allah semenjak masa Perjanjian Lama. Dalam Kitab Daniel, kita baca uraian sang Nabi sbb: " . . . dan aku mendengar dari tengah sungai Ulai itu suara manusia yang berseru: 'Gabriel, buatlah orang ini memahami penglihatan itu! . . . lalu ia berkata kepadaku: 'Pahamilah, anak manusia, bahwa penglihatan itu mengenai akhir masa!' (Dan 8:16-18). Lalu selanjutnya Daniel berkata: " . . . sementara aku berbicara dalam doa, terbanglah dengan cepat ke arahku Gabriel, dia yang telah kulihat dalam penglihatan yang dahulu itu pada waktu persembahan korban petang hari. Lalu ia mengajari aku dan berbicara dengan aku: 'Daniel, sekarang aku datang untuk memberi akal budi kepadamu untuk mengerti . . . " (Dan 9:21-23).

Dalam Perjanjian Baru, peranan Gabriel sebagai 'pembawa khabar gembira' dari Allah ditemukan lagi di dalam kisah tentang Zakarias: " . .  Tetapi malaekat itu berkata kepadanya: 'Jangan takut, hai Zakaria, sebab doamu telah dikabulkan dan Elisabet, istrimu, akan melahirkan seorang anak laki-laki bagimu dan haruslah engkau menamai dia Yohanes . . . ' Lalu kata Zakaria kepada malaekat itu: 'Bagaimanakah aku tahu, bahwa hal ini akan terjadi? Sebab aku sudah tua dan isteriku sudah lanjut umurnya'. Jawab malaekat itu kepadanya: 'Akulah Gabriel yang melayani Allah dan aku telah diutus untuk berbicara dengan engkau dan untuk menyampaikan khabar baik ini kepadamu ...... (Luk 1:11-20).

Puncak dari peranan Gabriel tampak di dalam kisah kunjungannya kepada Maria, Dara murni yang terpilih: "Dalam bulan yang keenam Allah menyuruh malaekat Gabriel pergi ke sebuah kota di Galilea bernama Nazareth, kepada seorang perawan yang bertunangan dengan seorang bernama Yusuf dari keluarga Daud; nama perawan itu Maria .... Kata malaekat itu: 'Salam hai engkau yang dikaruniai, Tuhan menyertai engkau' . . . . Jangan takut, hai Maria sebab engkau beroleh kasih karunia di hadapan Allah.. . ' " (Luk 1:26-38).

Dari peranan malaekat Gabriel, kita tahu bahwa Gabriel menjadi utusan Allah untuk menyampaikan kepada manusia berita keselamatan dari Allah. Ia. memberi penerangan ilahi kepada manusia sehingga terbukalah budi dan hati manusia untuk memahami dan meyakini kehendak Allah.

 

Rafael, Rafael berarti 'Obat Tuhan', 'Tabib Allah' atau 'Tuhan Menyembuhkan'. Kisah terkenal mengenai malaekat Rafael sebagai 'Tabib Allah' dapat kita baca di dalam Kitab Tobit 4-12. Di sana Rafael tampil sebagai 'teman seperjalanan' Tobia ke negeri Media, dan sebagai malaekat Tuhan yang diutus untuk menyembuhkan Tobias dari kebutaannya, dan untuk membebaskan Sara, puteri Raguel, dari gangguan roh jahat.

Kepada Tobit, Rafael memperkenalkan diri: "Aku ini Rafael, satu dari ketujuh malaekat yang melayani di hadapan Tuhan yang mulia ... Jangan takut; damai sejahtera dengan kamu. Pujilah Allah selama-lamanya! Waktu aku ada dengan kamu, maka bukan karena kerelaanku sendirilah terjadi demikian, melainkan karena kehendak Allah: Maka pujilah Dia seumur hidup, bernyanyilah kepadaNya! . . . " (Tob 12:15-18). Umat Kristen menghormati malaekat Rafael sebagai tabib Allah yang diutus untuk menyembuhkan manusia dari penyakit dan menguatkan kelemahan jiwanya serta membebaskan manusia dari perhambaan setan.

 

Semoga Berkenan. (dikutip dari http://www.imankatolik.or.id/kalender/29Sep.html )

Warm Regards,

Alfonsus A.K.

Thursday, September 17, 2009

Should You Be Institutionalized?

It doesn't hurt to take a hard look at yourself from time to time. This little test should help you get started.


During a visit to a mental asylum, a visitor asked the Director what the criteria is that defines if a patient should be institutionalized.
"Well," said the Director, "we fill up a bathtub. Then we offer a teaspoon, a teacup, and a bucket to the patient and ask the patient to empty the bathtub."
Okay, here's your test:
1. Would you use the spoon?
2. Would you use the teacup?
3. Would you use the bucket?

"Oh, I understand," said the visitor. "A normal person would choose the bucket, as it is larger than the spoon."
What was the director's response?

 

What do you think?

Do you want to know the answer?

           

 

The answer is:

"No," answered the Director. "A normal person would pull the plug."


So, how did *YOU* do?

Should You Be Institutionalized??

 

Untuk menjadi Renungan Hari Ini

Ketika orang Farisi yang mengundang Yesus melihat hal itu, ia berkata dalam hatinya: "Jika Ia ini nabi, tentu Ia tahu, siapakah dan orang apakah perempuan yang menjamah-Nya ini; tentu Ia tahu, bahwa perempuan itu adalah seorang berdosa."

Lalu Yesus berkata kepadanya: "Simon, ada yang hendak Kukatakan kepadamu."

Sahut Simon: "Katakanlah, Guru."

"Ada dua orang yang berhutang kepada seorang pelepas uang. Yang seorang berhutang lima ratus dinar, yang lain lima puluh. Karena mereka tidak sanggup membayar, maka ia menghapuskan hutang kedua orang itu. Siapakah di antara mereka yang akan terlebih mengasihi dia?" Jawab Simon: "Aku kira dia yang paling banyak dihapuskan hutangnya."

Kata Yesus kepadanya: "Betul pendapatmu itu."

 

+ ??? +

Wednesday, September 09, 2009

Renungan hari ini

Banyak motivator nasional maupun dunia mengarahkan kita dengan berpendapat bahwa hidup manusia ditujukan untuk 2 hal ini,

yaitu menghindari kepahitan dan kesedihan serta mencari kebahagiaan dan kesuksesan. Hari ini juga SANG KEBIJAKSANAAN menuturkan ulang apa yang 2000 tahun lalu pernah disampaikan, jauh sebelum para motivator, jauh sebelum ada peribahasa, “berakit-rakit ke hulu, berenang ke tepian, bersakit-sakit dahulu, bersenang-senang kemudian” atau dalam versi lain dikatakan, “No Pain, No Gain!”.

Inilah wejangan mahsyur dari SANG KEBIJAKSANAAN itu:

"Berbahagialah, hai kamu yang miskin,

karena kamulah yang empunya Kerajaan Allah.

Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini lapar,

karena kamu akan dipuaskan.

Berbahagialah, hai kamu yang sekarang ini menangis,

karena kamu akan tertawa.

Berbahagialah kamu, jika karena Anak Manusia orang membenci kamu, dan jika mereka mengucilkan kamu, dan mencela kamu serta menolak namamu sebagai sesuatu yang jahat.

Bersukacitalah pada waktu itu dan bergembiralah, sebab sesungguhnya, upahmu besar di sorga; karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan para nabi.

Tetapi celakalah kamu, hai kamu yang kaya,

karena dalam kekayaanmu kamu telah memperoleh penghiburanmu.

Celakalah kamu, yang sekarang ini kenyang,

karena kamu akan lapar.

Celakalah kamu, yang sekarang ini tertawa,

karena kamu akan berdukacita dan menangis.

Celakalah kamu, jika semua orang memuji kamu;

karena secara demikian juga nenek moyang mereka telah memperlakukan nabi-nabi palsu."

(Luk.6:20-26)

Wejangan SANG KEBIJAKSANAAN itu membuka mata kita akan pilihan hidup kita dan implikasinya bagi kita yakni ”bahagia” dan ”celaka”.  Tuhan menghendaki kita masuk dalam kebahagiaan itu. Namun tidaklah otomatis atau instant, kita perlu serius dalam memilih hidup di dunia ini. Gambaran itu membantu kita dalam memilih dan menentukan sikap hidup kita saat ini.  Berhadapan dengan situasi dunia yang menawarkan banyak hal menarik, kita harus waspada. Tidak semua hal menarik itu membawa kebahagiaan. Mungkin kita akan senang, namun itu sesaat dan bukan kebahagiaan abadi. Untuk apa kaya kalau kita tidak punya jaminan keselamatan kekal?  Baiklah kita selalu membuka hati bagi Tuhan sehingga setiap keputusan dan pilihan kita memang mengarah kepadaNya. Walaupun secara manusiawi pilihan itu tidak menyenangkan dan berat, namun itulah yang menjadi kehendak Tuhan. Marilah kita mengusahakan kebahagiaan abadi lewat pilihan dan sikap hidup yang tepat setiap hari.

 

Salam damai,

Alfonsus A.K.

 

Thursday, August 20, 2009

LAYAK Memenuhi Undangan PESTA

Lalu Yesus berbicara pula dalam perumpamaan kepada mereka: "Hal Kerajaan Sorga seumpama seorang raja, yang mengadakan perjamuan kawin untuk anaknya. Ia menyuruh hamba-hambanya memanggil orang-orang yang telah diundang ke perjamuan kawin itu, tetapi orang-orang itu tidak mau datang. Ia menyuruh pula hamba-hamba lain, pesannya: Katakanlah kepada orang-orang yang diundang itu: Sesungguhnya hidangan, telah kusediakan, lembu-lembu jantan dan ternak piaraanku telah disembelih; semuanya telah tersedia, datanglah ke perjamuan kawin ini. Tetapi orang-orang yang diundang itu tidak mengindahkannya; ada yang pergi ke ladangnya, ada yang pergi mengurus usahanya, dan yang lain menangkap hamba-hambanya itu, menyiksanya dan membunuhnya. Maka murkalah raja itu, lalu menyuruh pasukannya ke sana untuk membinasakan pembunuh-pembunuh itu dan membakar kota mereka. Sesudah itu ia berkata kepada hamba-hambanya: Perjamuan kawin telah tersedia, tetapi orang-orang yang diundang tadi tidak layak untuk itu. Sebab itu pergilah ke persimpangan-persimpangan jalan dan undanglah setiap orang yang kamu jumpai di sana ke perjamuan kawin itu. Maka pergilah hamba-hamba itu dan mereka mengumpulkan semua orang yang dijumpainya di jalan-jalan, orang-orang jahat dan orang-orang baik, sehingga penuhlah ruangan perjamuan kawin itu dengan tamu. Ketika raja itu masuk untuk bertemu dengan tamu-tamu itu, ia melihat seorang yang tidak berpakaian pesta. Ia berkata kepadanya: Hai saudara, bagaimana engkau masuk ke mari dengan tidak mengenakan pakaian pesta? Tetapi orang itu diam saja. Lalu kata raja itu kepada hamba-hambanya: Ikatlah kaki dan tangannya dan campakkanlah orang itu ke dalam kegelapan yang paling gelap, di sanalah akan terdapat ratap dan kertak gigi. Sebab banyak yang dipanggil, tetapi sedikit yang dipilih."  

(Injil Kamis, 20 Aug ’09: Mat 22:1-14)

 

Di daerah asal saya maupun di sebagian besar tempat lainnya, akhir Juni hingga Agustus biasanya menjadi bulan yang diwarnai dengan ramainya undangan untuk “kondangan” atau hajatan atau resepsi, entah itu pernikahan atau sunatan. Mungkin ada yang didatangi mungkin ada juga undangan yang tidak dipenuhi. Ketika menerima undangan dan memenuhi undangan itu, hal yang dipikirkan adalah pakaian dan amplop. Tentu kita akan berpakaian layak dan mengisi amplop sesuai dengan keadaan kita untuk diserahkan kepada si empunya pesta. Bayangkan saja kalau pesta itu adalah pesta pernikahan kakak kita atau pernikahan kita sendiri, apa yang kita inginkan dari para tamu? Tentu kita mau banyak tamu yang datang, tidak hanya sekadar datang tetapi datang dengan berpakaian rapi, layak dan terlihat bersih. Kita menginginkan para tamu menghargai undangan kita dan menghadiri pesta dengan tepat waktu, tertib dan bergembira bersama kita. Saya yakin setiap penyelenggara pesta pasti mengharapkan hal yang sama. Siapapun itu, dan itulah juga yang dikehendaki ALLAH kita.

Sangat luar biasa rasanya sentuhan humaniora yang dipakai dalam pesta pernikahan untuk menggambarkan bagaimana kehendak baik Allah yang penuh Kasih untuk menyelamatkan manusia dan membuat manusia bergembira karena bersatu denganNYA. Kita lihat pilar dari perumpamaan hari ini:

  1. Ada Pesta Pernikahan Anak Raja
  2. Ada Undangan pertama à yang diundang tidak datang
  3. Undangan kedua à yang diundang juga tidak datang
  4. Raja murka
  5. Undangan kepada segmen lain yang lebih universal dikirim
  6. Pesta diselenggarakan
  7. Ada tamu yang tidak berpakaian layak
  8. Tamu yang tidak layak itu dihukum

Kita masih mengembangkan permenungan di setiap pilar itu tentunya. Yang menjadi pertanyaan reflektif untuk saya adalah apakah aku mau memenuhi undangan dari Allah dalam hidup nyataku, apakah dan bagaimanakah aku mempersiapkan hati dan budi, jiwa dan dan raga ku untuk dinyatakan LAYAK dalam PESTA itu?? Mari kita contoh teladan Santo Bernardus yang oleh Gereja diperingati hari ini. Santo Bernardus, Doakanlah kami.

 

Thursday, August 13, 2009

Forgiveness

”Maaf?... Enak banget lu minta maaf?...” Kita pernah mendengar kalimat itu diucapkan oleh seseorang kepada temannya atau mungkin kita ucapkan sendiri. Nyata bahwa betapa sulit bagi kita memberikan pengampunan kepada orang lain.  Ayo pikirkan dan coba lakukan bahwa kita harus mengampuni tanpa batas, tak terhitung, selalu dan selama-lamanya. Apakah ada yang berani langsung jawab ”iya”? Tegas dan tulus, ”IYA, saya bisa”? Kita baca dulu perikop Injil hari ini:

”Datanglah Petrus dan berkata kepada Yesus: "Tuhan, sampai berapa kali aku harus mengampuni saudaraku jika ia berbuat dosa terhadap aku? Sampai tujuh kali?" Yesus berkata kepadanya: "Bukan! Aku berkata kepadamu: Bukan sampai tujuh kali, melainkan sampai tujuh puluh kali tujuh kali.” (Injil Kamis, 13 Agustus 2009: Mat. 18:21 – 19:1)

Jawaban/perkataan Yesus hari ini sungguh membahagiakan. Itulah cermin pengampunan dari Allah kepada kita. Allah mengampuni kita tanpa batas, maka kitapun harus mengampuni orang lain tanpa batas!

Benarkah kalau kita berpikir bahwa kita akan diampuni tanpa batas, apabila kita sendiri tidak mau mengampuni orang lain? Ingat Doa BAPA KAMI? ”Ampunilah kesalahan kami seperti kami pun mengampuni yang bersalah kepada kami...” Yuk... mari belajar mengampuni sebab Allah kita Penuh Belaskasihan, Ia mengunjungi kita Laksana Fajar Cemerlang, Ialah Allah Maha Pengampun dan kita diundang untuk mengampuni tanpa batas! Memaafkan dan mengampuni sepertinya sama dengan menyambungkan kita dengan sesuatu yang terputus, yaitu relasi dengan Sesama, relasi dengan Alam dan Relasi dengan Tuhan. Ya Tuhan, Ajari dan kuatkan aku untuk bisa mengampuni...!

 

 

Wednesday, August 12, 2009

Hilang, Dapat dan Jaga

"Apabila saudaramu berbuat dosa, tegorlah dia di bawah empat mata. Jika ia mendengarkan nasihatmu engkau telah mendapatnya kembali. Jika ia tidak mendengarkan engkau, bawalah seorang atau dua orang lagi, supaya atas keterangan dua atau tiga orang saksi, perkara itu tidak disangsikan. Jika ia tidak mau mendengarkan mereka, sampaikanlah soalnya kepada jemaat. Dan jika ia tidak mau juga mendengarkan jemaat, pandanglah dia sebagai seorang yang tidak mengenal Allah atau seorang pemungut cukai. Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya apa yang kamu ikat di dunia ini akan terikat di sorga dan apa yang kamu lepaskan di dunia ini akan terlepas di sorga. Dan lagi Aku berkata kepadamu: Jika dua orang dari padamu di dunia ini sepakat meminta apapun juga, permintaan mereka itu akan dikabulkan oleh Bapa-Ku yang di sorga. Sebab di mana dua atau tiga orang berkumpul dalam Nama-Ku, di situ Aku ada di tengah-tengah mereka."
(Injil Rabu, 12 Agustus 2009: Mat 18:15-20)

Pernah kehilangan sesuatu? Pernah kehilangan seseorang? Bagaimana perasaan kita saat kita menemukan kembali sesuatu atau bahkan seseorang yang pernah hilang? Senang, ya tentu kita akan merasa puas, lega dan gembira bahkan kalau yang hilang itu adalah sesuatu yang sangat berharga dan ketika itu ditemukan maka perasaan yang muncul mungkin tidak hanya senang, tetapi sangat emosional, gembira terharu penuh tangis kebahagiaan, suasana hati yang mungkin tak terperikan.
"Mendapatkan kembali", inilah kunci dari karya penyelamatan Tuhan, inti pengurbananNya di salib. Kata-kata ‘mendapatkan kembali' inilah yang Tuhan inginkan menjadi kunci dari semua bentuk relasi dengan sesama di sekitar kita. Tuhan sangat menghargai relasi personal, bicara dari hati ke hati, tulus dan jauh dari gossip. Berani untuk berbicara dan menegur secara baik untuk tujuan mendapatkan dia kembali.
Nah bagaimana dengan kita? Apakah kita membangun relasi kita dalam kehangatan dan personal? Atau kita lebih cenderung membicarakan orang lain di belakang mereka? Menggosipkan orang lain di belakang mereka memang jauh lebih mudah dan tidak berisiko, tapi inilah perbuatan yang tidak bertanggungjawab dan tidak sesuai dengan firman Tuhan.
Lebih lanjut apa yang kemudian kita akan lakukan? Tentu saja kita berniat untuk menjaganya dengan penuh kasih dan penuh kehati-hatian, tidak mau kehilangan lagi…
Yuk... Mari kita jaga yang kita miliki sekarang ini penuh syukur. Kita memiliki banyak lho, teman, orangtua, saudara, pekerjaan, handphone, motor, uang, waktu, dan banyak lagi... yang paling berharga adalah iman, martabat, kehormatan dan kepercayaan. Mari kita saling menjaga... Kita sepakat meminta kepada Tuhan bersama-sama supaya kita dikuatkan untuk saling menjaga dan Tuhan akan mendengar untuk mengabulkannya, AMIN.