Sunday, July 26, 2009

Grentzsituationen

Karl Theodor Jaspers, filsuf asal Jerman yang banyak bicara tentang eksisitensi, pernah menyebutkan bahwa manusia selalu berada dalam situasionalitas, atau situasi tertentu. Istilahnya adalah situasi batas (grentzsituationen=Borderline Situation). Kita bisa menghindarkan diri dari suatu situasi; kita bisa melarikan diri dari suatu situasi. Akan tetapi ini berarti bahwa kita akan tiba pada situasi lainnya. Kenyataan bahwa kita ada sebagai manusia adalah selalu ada-dalam-situasi tertentu yang tidak mungkin dihindari oleh manusia. Manusia adalah manusia-dalam situasi.
Sebagai Eksisten, manusia selalu dalam situasi-situasi tertentu yaitu situasi-situasi batas. Situasi batas yang paling umum adalah faktisitas dan nasib. Di samping itu ada situasi-situasi batas khusus, yaitu kematian, penderitaan, perjuangan, dan kesalahan. Semua situasi batas itu mendua karena kepad eksistensi diberikan kemungkinan berkembang atau mundur, tergantung dari keputusan manusia sendiri. Ber-eksistensi atau berdiri di hadapan transendensi mencapai puncaknya dalam keputusan-keputusan yang diambil dalam situasi-situasi batas.
Ada beberapa situasi batas, diantaranya penderitaan dan maut. Penderitaan di sini bisa berupa sakit. Penderitaan ini (baca: sakit) adalah sesuatu yang harus ditanggung sendiri dan tidak bisa dipertukarkan dengan orang lain. Jadi kalau anda sakit, anda cuma bisa menjalaninya dan tak bisa menukarnya dengan orang lain, sekalipun anda punya uang segunung, atau punya pasukan pengamanan yang siap menggantikan. Situasi batas yang paling final adalah maut. Maut melekat pada eksistensi sebagai suatu situasi-batas yang tidak bisa dielakkan. Apakah sebenarnya maut itu, kita tidak tahu. Yang pasti ialah bahwa maut akan mengakhiri eksistensi pada suatu saat yang tidak bisa ditentukan sebelumnya. Bahwa maut itu pasti, tidak akan mungkin kita sangkal. Bila maut tiba dan apa sebenarnya maut, itulah yang pasti tak kita ketahui. Betapapun juga, maut adalah batas terakhir eksistensi. "

Ah... ternyata aku hanya ADA dalam situasi tertentu, dan ketika aku lepas dari satu situasi, aku sudah ada dalam situasi lainnya. Tetapi Ber-ADA berarti menjadi eksisten yang bisa mengambil keputusan-keputusan untuk berkembang dalam setiap situasi. AMIN...

Saturday, July 25, 2009

Ojo Dumeh, Eling lan Waspada...!

Ojo Dumeh, Eling lan Waspada...
Ungkapan ini tidak hanya untuk orang jawa tapi berlaku bagi semua orang yang mau hidupnya damai, tentram, berhasil dan aman sampai TUJUAN hidupnya. Ketika seseorang benar-benar dalam proses pencarian jati diri dan bahkan dalam aktualisasi diri, maka pesan kuno "Ojo Dumeh, Eling lan Waspada" adalah pegangan yang tepat.

Ojo Dumeh, Eling lan Waspada artinya Jangan mentang-mentang (belagu/sok), Ingat (sadar) dan waspadalah....

Jangan mentang-mentang atau jangan sok lu... mentang-mentang kaya atau mentang-mentang lagi punya kerja bagus lu jadi sombong, begitulah kira-kira ungkapan ini jika dipakai dalam percakapan sehari-hari. Artinya Ojo Dumeh atau Jangan Mentang-mentang ialah mari kita bersikap rendah hati, tidak perlu sombong tapi tetap tahu diri, bahwa roda hidup selalu berputar, bahwa kita ini bukan siapa-siapa di hadapan Yang MahaPencipta, ojo Adigung, Adigang, Adiguna.

Eling lan Waspada atau Ingat dan waspadalah, berarti kita diajak untuk selalu sadar, tidak keblinger, tidak juga terbawa emosi atau lamunan, sadar akan Tujuan hidup sehingga kita harus selalu Waspada atas apa yang akan terjadi, siap-siap akan godaan, hambatan dan tantangan supaya tidak jatuh dalam dosa dan kesalahan.

Buku karangan Mas Teguh Pranoto ini sudah saya baca dan dalam kesederhanaan kalimat-kalimatnya, dia menyajikan isi dan nilai-nilai pesen Jwa kuno ini untuk membantu kita supaya tetap selalu Rendah hati, Sadar dan wasapada dalam mengejar Tujuan Hidup Kita, yaitu kembali pada Sangkan Paraning Dumadi, yaitu Allah Sang Pencipta.

Thursday, July 23, 2009

Jauh Lebih Dalam...

Maka datanglah murid-murid-Nya dan bertanya kepada-Nya: "Mengapa Engkau berkata-kata kepada mereka dalam perumpamaan?" Jawab Yesus: "Kepadamu diberi karunia untuk mengetahui rahasia Kerajaan Sorga, tetapi kepada mereka tidak. Karena siapa yang mempunyai, kepadanya akan diberi, sehingga ia berkelimpahan; tetapi siapa yang tidak mempunyai, apapun juga yang ada padanya akan diambil dari padanya. Itulah sebabnya Aku berkata-kata dalam perumpamaan kepada mereka; karena sekalipun melihat, mereka tidak melihat dan sekalipun mendengar, mereka tidak mendengar dan tidak mengerti. Maka pada mereka genaplah nubuat Yesaya, yang berbunyi: Kamu akan mendengar dan mendengar, namun tidak mengerti, kamu akan melihat dan melihat, namun tidak menanggap. Sebab hati bangsa ini telah menebal, dan telinganya berat mendengar, dan matanya melekat tertutup; supaya jangan mereka melihat dengan matanya dan mendengar dengan telinganya dan mengerti dengan hatinya, lalu berbalik sehingga Aku menyembuhkan mereka. Tetapi berbahagialah matamu karena melihat dan telingamu karena mendengar. Sebab Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya banyak nabi dan orang benar ingin melihat apa yang kamu lihat, tetapi tidak melihatnya, dan ingin mendengar apa yang kamu dengar, tetapi tidak mendengarnya.
(Injil, Kamis, 23 Juli 2009)

Analogi dalam ilmu bahasa adalah persamaan antar bentuk yang menjadi dasar terjadinya bentuk-bentuk yang lain. Perumpamaan juga sebanding dengan analogi. Perumpamaan-perumpamaan Yesus umumnya cukup sederhana dan cukup mudah untuk diingat. Oleh karena itu, perumpamaan tersebut masih dapat diceritakan dari mulut ke mulut, sebelum akhirnya menjadi bentuk tertulis, bertahun-tahun setelah wafatnya Yesus. Salah satu sifat perumpamaan adalah penggambaran secara sepintas sebuah cerita yang sederhana dan lugas, namun memiliki makna yang jauh lebih dalam jika direnungkan lebih jauh.Yesus adalah Guru, termasuk Guru kita dalam Public Speaking. DIA punya cara yang luar biasa untuk mewartakan Kerajaan Allah. Hari ini kita diajari teknik Perumpamaan. Perumpamaan mengandaikan bahwa audiens/pendengar/pembaca perumpaan itu punya “pengertian” alias kemampuan mendengar, mencerna dan mengerti cerita dalam perumpamaan itu. Dan KALAU pun tidak mengerti ISI dari perumpamaan itu, maka diandakan bahwa seseorang harus merenungkan itu lebih dalam, jauh lebih dalam.
Apakah kita mengerti? Apakah kita sudah masuk lebih dalam untuk memahamiNYA? Seberapa dalam kita bermenung? Seberapa dalam kita memberi waktu untuk memahamiNYA? Mari masuk lebih dalam, jauh lebih dalam dari sebelumnya untuk mengenal DIA, untuk memahami SabdaNYA. Masuk lebih dalam dan kita pun akan mendapati pesan yang sangat mendalam, jauh lebih dalam dari sebelumnya. Mari masuk ke hadiratNYA, jauh lebih dalam…

Wednesday, July 22, 2009

The Penitent

Pada hari pertama minggu itu, pagi-pagi benar ketika hari masih gelap, pergilah Maria Magdalena ke kubur itu dan ia melihat bahwa batu telah diambil dari kubur. Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan."
Tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis. Sambil menangis ia menjenguk ke dalam kubur itu, dan tampaklah olehnya dua orang malaikat berpakaian putih, yang seorang duduk di sebelah kepala dan yang lain di sebelah kaki di tempat mayat Yesus terbaring. Kata malaikat-malaikat itu kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis?" Jawab Maria kepada mereka: "Tuhanku telah diambil orang dan aku tidak tahu di mana Ia diletakkan."
Sesudah berkata demikian ia menoleh ke belakang dan melihat Yesus berdiri di situ, tetapi ia tidak tahu, bahwa itu adalah Yesus. Kata Yesus kepadanya: "Ibu, mengapa engkau menangis? Siapakah yang engkau cari?" Maria menyangka orang itu adalah penunggu taman, lalu berkata kepada-Nya: "Tuan, jikalau tuan yang mengambil Dia, katakanlah kepadaku, di mana tuan meletakkan Dia, supaya aku dapat mengambil-Nya." Kata Yesus kepadanya: "Maria!" Maria berpaling dan berkata kepada-Nya dalam bahasa Ibrani: "Rabuni!", artinya Guru.
Kata Yesus kepadanya: "Janganlah engkau memegang Aku, sebab Aku belum pergi kepada Bapa, tetapi pergilah kepada saudara-saudara-Ku dan katakanlah kepada mereka, bahwa sekarang Aku akan pergi kepada Bapa-Ku dan Bapamu, kepada Allah-Ku dan Allahmu." Maria Magdalena pergi dan berkata kepada murid-murid: "Aku telah melihat Tuhan!" dan juga bahwa Dia yang mengatakan hal-hal itu kepadanya.
(Injil Rabu, 22 Juli 2009: Yoh 20 : 1-2, 11-18, Peringatan St. Maria Magdalena)

St. Mary Magdalen is called "the Penitent". St. Mary was given the name 'Magdalen' because, though a Jewish girl, she lived in a Gentile town called Magdale, in northern Galilee, and her culture and manners were those of a Gentile. St. Luke records that she was a notorious sinner, and had seven devils removed from her. She was present at Our Lords' Crucifixion, and with Joanna and Mary, the mother of James and Salome, at Jesus' empty tomb. After Jesus' body had been placed in the tomb, Mary went to anoint it with spices early Easter Sunday morning. Not finding the Sacred Body, she began to weep, and seeing someone whom she thought was the gardener, she asked him if he knew where the Body of her beloved Master had been taken. But then the person spoke in a voice she knew so well: "Mary!" It was Jesus, risen from the dead! He had chosen to show Himself first to Mary Magdalen, the repentent sinner.

Gereja Katolik menghormati Maria Magdalena sebagai seorang kudus dan menjadikannya teladan bagi setiap orang Kristen yang dengan tulus hati berjuang mengejar kekudusan. Paus St. Gregorius memaklumkan keteladanan St. Maria Magdalena: seorang wanita yang menemukan hidup baru dalam Kristus.
“Ketika Maria Magdalena datang ke makam dan tidak menemukan jenasah Kristus, ia berpikir bahwa jenasahnya telah diambil orang, maka ia pun memberitahukannya kepada para murid. Setelah para murid datang dan melihat makam, mereka juga percaya akan apa yang dikatakan Maria. Kemudian ayat selanjutnya mengatakan; “Lalu pulanglah kedua murid itu ke rumah,” dan selanjutnya: “tetapi Maria berdiri dekat kubur itu dan menangis.”
Patutlah kita merenungkan sikap Maria dan cinta kasihnya yang begitu besar kepada Kristus; karena meskipun para murid telah pergi meninggalkan makam, ia tetap tinggal. Ia tetap mencari Dia yang tidak ia jumpai, dan sementara ia mencari, ia menangis; terbakar oleh rasa kasih yang hebat kepada Tuhannya, ia merindukan Dia yang dikiranya telah diambil orang. Dan demikianlah terjadi bahwa perempuan yang tinggal untuk mencari Kristus adalah satu-satunya yang pertama melihat Dia. Karena ketekunan diperlukan dalam setiap perbuatan baik, seperti sang kebenaran mengatakan kepada kita: “orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.”

Tuesday, July 14, 2009

MELEK RAHMAT...?

Yesus mulai mengecam kota-kota yang tidak bertobat, sekalipun di situ Ia paling banyak melakukan mujizat-mujizat-Nya: "Celakalah engkau Khorazim! Celakalah engkau Betsaida! Karena jika di Tirus dan di Sidon terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, sudah lama mereka bertobat dan berkabung.
Tetapi Aku berkata kepadamu:
Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.
Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu."
(Injil Selasa, 14 Juli 2009, Mat 11: 20-24)

Masih ingat dengan istilah “Buta Huruf“ atau “Buta Aksara“? Antonim istilah itu adalah Melek Huruf atau Melek Aksara. Buta Huruf atau Tuna Aksara masih menjadi masalah terutama di negara-negara Asia Selatan, Arab, dan Afrika Utara (40% sampai 50%). Asia Timur dan Amerika Selatan memiliki tingkat buta huruf sekitar 10% sampai 15%. Lalu apa kategori atau definisi Melek Aksara? Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut:

Melek aksara adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi. Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Melek Aksara adalah dasar yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan cara seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.

Dalam Bacaan hari ini, DIA mengecam bahkan mengutuk kota Khorazim, Betsaida dan Kapernaum bukan karena penduduk kota itu tidak bisa baca-tulis, bukan karena mereka Buta Huruf. Banyak mukjizat dibuatNYA untuk mereka, namun para pemimpin kota itu tak kunjung juga bertobat! DIA mengecam kota-kota itu karena mereka BUTA RAHMAT. Mereka tidak bisa membaca, mengidentifikasi, mengerti dan mengolah isi mukjizat-mukjizat yang dibuatNYA sebagai tanda Rahmat untuk bertobat dan percaya.

Tuna Rahmat, Buta Rahmat, alias kedegilan hati mereka itulah yang dikecam oleh-NYA. Sama halnya bahwa Melek Huruf itu penting untuk dasar pembelajaran lebih lanjut, begitu pula Melek Rahmat (Bertobat & Percaya) itu penting untuk pertumbuhan iman lebih lanjut. Melek Rahmat-Tobat Diri adalah dasar yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan cara seseorang menumbuhkan pengetahuan imannya, menggali potensi kekuatan imannya, dan berpartisipasi penuh dalam Persekutuan Umat Beriman, akhirnya untuk menuju Kerajaan Sorga.
Kota-kota lain yang sebetulnya dianggap kafir, yakni Tirus dan Sidon juga Sodom, justru dipuji olehNYA. Kota-kota ini dikenal ‘tidak beragama" alias "kafir", namun mereka lebih terbuka terhadap pewartaanNYA. Mereka justru Melek Rahmat. Mereka mau dan mampu membaca, mengidentifikasi, mengerti dan mengolah isi mukjizat-mukjizat yang dibuatNYA sebagai tanda Rahmat untuk bertobat dan percaya.

Bagaimana dengan kita sendiri? Apakah diri kita menjadi sasaran kritik/kecaman-NYA karena "Buta Rahmat" dan tidak mampu membaca, mengidentifikasi, mengerti dan mengolah isi Sabda dan Karya yang dibuatNYA sebagai tanda Rahmat untuk bertobat dan percaya di zaman kita sekarang ini? Apakah kita sudah “Melek Rahmat“?

Monday, July 13, 2009

Bukan Damai tapi Pedang

Jangan kamu menyangka, bahwa Aku datang untuk membawa damai di atas bumi;
Aku datang bukan untuk membawa damai, melainkan pedang.

Sebab Aku datang untuk memisahkan orang dari ayahnya, anak perempuan dari ibunya, menantu perempuan dari ibu mertuanya, dan musuh orang ialah orang-orang seisi rumahnya. Barangsiapa mengasihi bapa atau ibunya lebih dari pada-Ku, ia tidak layak bagi-Ku;
dan barangsiapa mengasihi anaknya laki-laki atau perempuan lebih dari pada-Ku,
ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa tidak memikul salibnya dan mengikut Aku, ia tidak layak bagi-Ku.
Barangsiapa mempertahankan nyawanya, ia akan kehilangan nyawanya, dan barangsiapa kehilangan nyawanya karena Aku, ia akan memperolehnya.
Barangsiapa menyambut kamu, ia menyambut Aku, dan
barangsiapa menyambut Aku, ia menyambut Dia yang mengutus Aku.
(Injil Senin 13 Juli 2009: Mat.10:34-11:1)

Siapakah yang tidak pernah merasa sedih atau menderita dalam hidup ini? Siapakah orang yang dibaptis kemudian hidupnya menjadi serba mudah dan nyaman-nyaman saja tanpa kesulitan? Hampir tidak ada tentunya, dan justru sebaliknya, kesulitan selalu saja ada dan harus kita tanggung. Sering pula bahwa kesedihan itu justru datang dari keluarga kita, dari orang dekat kita. Sering juga kita dikecewakan oleh sahabat sendiri, oleh orang kepercayaan. Bagaimana kadang kita harus melawan arus ketika menjalankan apa yang benar dan seharusnya baik dilakukan? Itulah pedang, itulah salib. Itulah yang akan menjadi proses penyempurnaan kita dan akhirnya membuat kita kian serupa dengan Juru Selamat yang Wafat di Salib dan Bangkit Mulia.

PengikutNYA tidak akan pernah terbebas dari salib! Melalui peristiwa salib, DIA kehilangan nyawa namun justru Bangkit Mulia. Tujuan kita mengikuti DIA bukan untuk menderita, melainkan untuk bahagia. Kita mau menjadi sempurna. Menjadi sempurna adalah pesan Sang Putra sendiri. Untuk menjadi sempurna kita harus serupa dengan DIA. Adalah kecenderungan manusia untuk meningkatkan standar hidup dan membuat hidupnya senyaman mungkin dan menjadi lebih baik. Dari seorang operator atau buruh pabrik biasa menjadi leader atau assistant supervisor. Dari seorang supervisor mau meningkat menjadi Assitant Manager. Meningkatkan standar hidup dan menjadi semakin nyaman tidak boleh hanya pada tataran fisik-ragawi saja tetapi juga harus mental dan rohani. Karena pada dasarnya manusia itu adalah makhluk rohani maka manusia juga harus meningkatkan standar hidup rohaninya, membuat roh nya menjadi nyaman, menjadi lebih baik.

Meningkatkan standar hidup rohani berarti, berani memanggul salib hidup harian kita bahkan rela kehilangan nyawa, rela mempersembahkan hidup kita kepadaNya, rela melakukan yang benar dan baik. Dimarahi oleh atasan atau disabotase oleh rekan kerja, atau gagal dalam project, adalah bentuk real sakit yang harus kita panggul. DIA dulu memanggul sakit/salib yang bukan DIA sebabkan sendiri, sedangkan kita memanggul sakit/salib yang kita sebabkan sendiri, lalu mengapa kita menghindari salib itu? Semakin kita mau memanggul salib kita itu, semakin pula kita serupa dengan DIA, dan semakin jelas kita menjadi pengikutNya dan bahagia.

Friday, July 10, 2009

Understanding Myself

It is me?
Who am I?
What i have done?
Why did i do that?
Why am i like me now?
What's the purpose of my life?
There are so many questions in my head. And there will always be. From the very beginning God has put infused knowledge on me to know HIM as i knowing myself. As i get myself closed to HIM then i will understand myself clearer.

But there will always be sometime that i have to face a difficult phase of life, a phase that i have to know the reason of my being, the purpose of all reality surrounds me. Why am i becoming like this?

The most difficult phase of life is not when no ones understands you, but when you are not understand yourself.

How should we know ourselves better? No one knows. But from so many ways as being offered by experts, one thing I am sure is to know better who our creator is. The creator of Life, the Creator of my life, The Creator of me is God. He is the One, He is the Almighty God. And we are His Creatures. So, to understand ourselves then we must come to HIM, love HIM, try our best to know His will. Read the Holy Bible, do His commands and ask for His blessings. That’s what I know.

Bertahan Sampai Kesudahannya

Lihat, aku mengutus kalian seperti domba ke tengah-tengah serigala! Sebab itu hendaklah kalian cerdik seperti ular, dan tulus seperti merpati. ... Janganlah kalian kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kalian katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu saat itu juga. Karena bukan kalian yang akan berbicara, melainkan Roh Bapamu. Dialah yang akan berbicara dalam dirimu. ... Barangsiapa bertahan sampai kesudahannya, akan selamat. ... Sungguh sebelum kalian selesai.... Anak Manusia sudah datang. (Mat. 10:16-23)

Hidup manusia sekarang ini diwarnai begitu banyak gaya dan trend yang terkadang justru membuat manusia itu sendiri menjadi kehilangan arah dan tujuan akhir. Masa-masa sekarang ini hidup manusia dikuasai oleh kepentingan pribadi, dikuasai oleh hampir semua yang berbau cyber, maya, gaya glamor, instant dan relativitas nilai-nilai kebenaran. Kita manusia seperti domba yang dilepas ke tengah-tengah serigala. Kita adalah makhluk yang lemah diantara ancaman gigitan dari serigala cyber, serigala ke-maya-an, serigala keglamoran, yang serba instant, dan serigala penyangkalan nilai-nilai kebenaran.
Untuk bertahan di tengah-tengah serigala, maka sang domba harus berjuang, bahkan berjuang keras sekali, melawan dengan sekuat tenaga hingga titik darah penghabisan atau harus memiliki strategi jitu untuk menghindari serigala-serigala pemangsa. Manusia sebagai mahkluk yang penuh sense of appetite (keinginan/kelemahan daging) harus berjuang melawan tender of sins (kecenderungan untuk berdosa) dengan hanya mendekatkan diri pada Tujuan Akhir hidupnya yaitu Tuhan. Oleh karena itu manusia harus cerdik seperti ular untuk menghindari segala bentuk godaan, mengeliat dari segala kelemahan daging dan tulus seperti merpati untuk dengan sungguh memiliki kemurnian hati dan budi dalam kembali ke arah yang benar menuju Tujuan Akhirnya.

Domba pasti ketakutan menghadapi serigala. Manusia juga takut dan kuatir dalam menjalani dan menghadapi kerasnya himpitan dunia ini. Banyak dan sering manusia harus menghadapi himpitan, “sudahlah gak usah doa dulu, nanti telat“, ketika berlaku jujur di dalam bisnis, kita dinasehati “jangan sok jujur”. Kalau di perkuliahan kita tidak mau nakal dan menyontek, kita akan dibilang “sok alim, jangan malu, gak dosa itu” Seolah-olah sesuatu yang seharusnya benar, tidak boleh dipraktekkan. Dengan mentolelir kesalahan-kesalan kecil, nilai kebenaran direlativisir oleh suara mayoritas bahkan hingga hati nurani kita yang awalnya benar, yang diciptakan menurut gambaran Allah, menjadi tertutup dengan dosa, sehingga tidak murni lagi. Dengan rasa takut dan khawatir seperti itu, justru kita akan semakin mudah untuk menyerah dan kalah. Kekhawatiran tidak menambahkan kekuatan. Ketakutan juga tidak membawa kita keluar dari himpitan dunia maya ini. Keyakinan bahwa semua kekuatan yang kita butuhkan itu akan dikaruniakan kepada kita olehNYA, itulah yang akan menyelamatkan kita bahkan saat itu juga. Karena bukan kita sendiri yang akan berbicara, melainkan Roh Bapa yang Mahakuasa. Dialah yang akan berbicara dalam dirimu. ...Barangsiapa bertahan sampai kesudahannya, akan selamat. Bukan kita yang akan berjuang sendiri tetapi Allah sendiri yang akan berkarya dalam diri kita. KuasaNYA akan menggerakkan kita. Yang diminta dari kita adalah bertahan sampai kesudahannya, maka kita pun akan selamat. Allah adalah Setia maka kita pun diminta untuk setia kepadaNYA.

Sungguh sebelum kalian selesai.... Anak Manusia sudah datang. Ketika perjuangan kita sungguh berat dan seolah-olah tidak ada penyelesaiannya, ketika kita berupaya bertahan sampai kesudahannya, Tuhan memperhatikan kelemahan umatNYA. Tuhan sudah datang melawati umatNYA, Ia datang laksana fajar cemerlang. Saat kita berjuang, saat ini juga, saat kita membuka diri pada Roh Bapa, Anak Manusia sudah datang.

Thursday, July 09, 2009

Tepat Satu Bulan yang Lalu

Hari ini tanggal 9 Juli 2009.
Persis di tanggal yang sama di bulan yang lalu, 9 Juni 2009, terjadilah KehendakNYA atas diri Ibunda kami untuk kembali ke pangkuan Bapa di Sorga. Selasa, 9 Juni 2009 yang lalu Ibuku meninggal dunia, meninggalkan segala sengsara sakitnya selama ini, meninggalkan kami keluarganya, meninggalkan dunia yang fana ini menuju ke keabadian, kembali kepadaNYA.
Selamat Jalan IBU. Kini Ibu menjadi pendoa bagi kami. Tolong bantu doakan kami, bantu jagailah kami yang masih berjuang di dunia ini.


Bapa yang MahaRahim, perkenankanlah Ibunda kami memperoleh keselamatan kekal dan Engkau perkenankan memandang Cahaya WajahMU, bergembira dan berhimpun dalam kumpulan para kudusMu di Sorga...
AMIN.

Kerajaan Sorga Sudah Dekat...

Ingatkah kita ketika Seorang Uskup hendak mengunjungi sebuah KBG? apa yang dilakukan oleh paroki dan KBG itu? Pernahkah kita memperhatikan bagaimana persiapan yang dilakukan ketika Presiden mau mengunjungi suatu daerah/tempat tertentu? Jawabannya adalah sibuk, heboh, semua kerja keras, semua diperbaiki, bahkan ada yang panik, tetapi yang jelas ialah bahwa semua ingin kedatangan "Orang Besar" itu sungguh menarik, tidak malu-maluin karena semua dalam kondisi siap, rapi dan baik.

Hari ini ada pesan: "Wartakanlah, : Kerajaan Sorga sudah Dekat" (Matius 10: 7 - 15) Artinya mari kita beritahu yang lain, Tuan Yang Maha Besar akan Datang, ayo siapkan semuanya, ayo perbaiki semuanya, segera...! Do the right things, now.

Let's Do the right things. Artinya, mari kita melihat cara-cara hidup lama kita yang kurang benar dan ganti itu segera dengan cara yang baru dan benar. Kalau selama ini kita bangun tidur langsung mandi dan berangkat kerja begitu saja, apakah tidak lebih baik kalu bangun 20 menit lebih awal dari seblumnya sehingga sebelum berangkat kerja kita punya waktu yang intens untuk berdoa, untuk bersyukur? Kalau sebelumnya di saat pulang kerja atau sore hari, kita lebih memilih nongkrong di kamar atau di kafe untuk bermain HP atau update status di Facebook, apakah tidak lebih baik jika kita ikut Misa Harian atau bergiat bersama rekan Mudika atau ikut kegiatan KBG?

Mungkin kita akan mengeluh: "Berat, susah... ah gak ada teman...yang lain gak mau ikut mempersiapkan kedatanganNYA..." First thing is prepare yourself. Dengan mempersiapkan diri dan melakukan hal yang benar, memperbanyak kebaikan, itu juga akan menjadi pewartaan yang Ampuh bagi yang lain.

Aku ini manusia berdosa, aku hanya bisa memohon Kerahiman Ilahi, memohon AmpunanNYA. Untuk menerima rahmat pengampunan itu aku digerakkan untuk do the Right Things, right away... juga sebagai bentuk pewartaan nyata. Ayo britau yang lain bahwa Tuan Yang MahaBesar mau datang, sebarkan info bahwa: Kerajaan Sorga sudah Dekat...


Tuesday, July 07, 2009

Ketika harus memilih


AKU gak tau apa yang harus dilakukan oleh seseorang ketika dia harus memilih...

SWOT? Plus minus? Komitment? Visualisasi Positif?

Banyak teori dan jurus-jurus yang ditawarkan.

tetapi aku tetap bingung.

Ada kah saran?

Please?

Saturday, July 04, 2009

Kecilnya Duniaku... Dunia Intai

Spionase...
Hhmmm ketika aku melihat spion mobil atau sepeda motor, apa yang kulihat dalam spion itulah dunia detik itu... dunia yang sangat sempit, dunia yang hanya terbingkai oleh plastic-fiber. Aku akhirnya menyadari bahwa duniaku ini kecil. Duniaku ini sempit.

Dunia ku artinya tidak lain adalah situasi real yang dihadiri oleh eksistensiku sekaligus melingkupi eksistensiku. AKu jadi ingat bagaimana sempitnya dunia seorang mata-mata, seorang yang masuk dalam dunia spionase. Mereka selalu dibatasi oleh gerak-gerik orang yang dimata-matai, mereka sendiri membatasi diri supaya tidak diketahui oleh orang lain bahwa mereka sedang memata-matai. Kurasakan begitu juga dengan diriku, betapa eksistensiku dibatasi oleh eksistensi orang lain. Kebebasanku dibatasi oleh kebebasan orang lain.

Dari satu sisi, sempit atau luasnya dunia seseorang sebenarnya sangat tergantung pada cara pandangnya, tergantung pada batasan-batasan hidupnya dan tujuan hidupnya. Ketika seseorang memiliki sudut pandang yang sekecil spion ya hidup dan dunianya akan sangat sempit, karena hanya berkecimpung di dunia yang terbingkai itu. Ketika seseorang bisa memiliki sudut pandang yang lebih luas, maka dia akan bisa hidup dan menikmati dunia yang lebih luas pula. Batasan-batasan hidup seperti lingkungan kerja, rumah, tetangga, dan jaringan pertemanan adalah faktor lain yang bisa menentukan sempit atau luasnya dunia seseorang. Apalagi kalau seseorang memiliki tujuan hidup yang jelas dan tujuan itu berorientasi pada kebaikan bersama maka dunia ini pun akan sungguh luas, seluas segala kenyataan.

Di sisi lain manusia, aku, Anda dan dia atau mereka, masih sering dikuasai oleh "Situasi Batas" dan sulit menentukan diri. Akhirnya terjatuh dalam dunia spionase yang hanya selebar spion saja. Fakta jelas menunjukkan bahwa dunia ini luas sekali, bahkan pengalaman faktual dan kenyataan empiris maupun kenyataan metafisika juga membuktikan bahwa dunia idea itu unlimited. Akhirnya bisa dikatakan bahwa dunia kita sangat ditentukan oleh mind-set subjet nya. Semua terletak dalam disposisi budi dan hati si manusia untuk menghadapi dunianya dan berkesimpulan bahwa duniaku ini sempit atau duniaku ini luas.

Pertanyaan reflektifnya adalah:
@ Bagaimana mindset dan cara pandangku terhadap situasi eksistensial hidupku?
@ Apa saja boundaries dalam hidup aktual ku? bagaimana sikapku terhadap batasan-batsan itu?
@ Apa tujuan hidupku? kemana orientasiku?

Semoga saja dunia ini menjadi semakin Indah dan tidak dipersempit hanya sebatas bingkai spion saja. Semoga...!

Wednesday, July 01, 2009

Nulis lagi gak yaa...?

Mengapa saya tanyakan ini, "Nulis lagi gak Ya?", itu karna saya seperti ada pada titik kejemuan, bukan jemu menulis tetapi jemu dalam hiruk pikuk urusan hari-hari yang tidak kunjung henti. Kerja, cuap-cuap alias bicara di depan umum, buat evaluasi & report, pergi pagi pulang petang, ikut acara ini acara itu... Tetapi, apa sih yang kucari?


Apa yang kucari? atau lebih gampangnya, apa sih yang kudapat? Ehh aku merasa kehabisan daya, kurang istirahat, keteraturan hidup yang awalnya jauh dariku, ini semakin jauuhhh lagi...

Di sisi lain aku mendapati diriku merasa tidak layak untuk mengekspoitasi diri sendiri, apalagi mengarah pada berlaku narsis di dunia maya dalam asyiknya jejaring fesbuk ato mailing list. Apa juga artinya sekadar pamer, aku punya foto ini, aku lagi begini... dll...

Aku mau nulis lagi gak ya? akhirnya aku kembali ke pertanyaan itu.

Aku mau dan aku berusaha untuk bangkit dari apa yang mungkin sedih kurasakan, sesal yang kutelan, ato heran yang kupendam.

Satu hal yang pasti, aku mau belajar menulis.

Hal kedua yang justru mendasar (lhoo...?) adalah: Aku harus belajar untuk tidak terjebak atau masuk perangkap Rutinitas Hidup duniawi yang justru mengaburkan tujuan hidupku. Aku tidak mau sekadar bangun pagi dan kerja hingga petang hari, datang dalam acara ini itu tetapi aku tidak menjadi berkembang karenanya, aku tidak mau itu.

Aku mau belajar.
Aku mau menulis, dengan menulis aku juga belajar...