Thursday, May 28, 2009

Ketika Sekitar hanya Segitu...

Judul yang aneh ya?

Persis itulah maksudku. Aneh.
Jujur, seberapa sering sih kita melihat dengan benar dan penuh perasaan dunia sekitar kita? Ketika Orang pergi meninggalkan rumahnya memakai mobil, dengan jendela dibuka, memakai kacamata hitam, hampir bisa "dianggap" sympthon awal kekurangpedulian terhadap sekitar. Masih pagi lho masak iya sih pake kaca mata hitam gelap atau mengatasnamakan gaya? Aneh khan?
Kalo sekitar kita hanya HP, Mobil and eksklusif members of group, apa iya kita masih dilayakkan sebagai penyandang gelar mahkluk sosial? Aneh khan?
Apa yang kita sadari ADA di sekitar kita?
Sadarkah kita kalo di sekitar kita ADA indahnya nyanyian burung dan suara tertawa anak tetangga? yang mungkin itu sulit didapatkan di keluarga Anda? Sadarkah kita kalo di sekitar ADA orang yang juga mau peduli dengan kita? atau kita tidak peduli pakah mereka peduli dengan kita atau tidak?

Sadarkah kita kalau mungkin ADA orang yang mencintai kita? Iya, persis di sekitar kita? Atau tidak peduli kah kita bahwa ada orang yang mencintai kita?
Mengapa bisa begitu? Mengapa bisa menjadi Tidak Peduli? Mengapa acuh?

Merasa tidak selevel? Emang seberapa sih sih level kita? Siapa yang ngukur?
Merasa tidak penting? Kalo ghitu tolong beritahu apa yang jauh lebih penting?

Saya mendugai itu semua karena kita hanya mengkondisikan diri pada lingkungan sekitar yang hanya "Segitu" yaitu sejauh lingkungan mobil ber-ac, sejauh pandangan dengan kacamata hitam, sejauh member eksklusif. Ya hanya segitu. Akhirnya pedulinyua pun hanya segitu...

Katika Sekitar kita hanya segitu, peduli kita juga akan hanya segitu...

Aneh ya?

1 comment: