Manusia terkadang berbuat sesuatu yang menurutnya benar tetapi karena kurang teliti, akhirnya di kemudian saat baru menyadari bahwa dia salah. Kesalahan itu bukan karena pada dirinya dia jahat atau sengaja mengabaikan norma ataupun aturan yang berlaku, hanya saja kadang kesalahan seperti itu lebih disebabkan oleh kurangnya ”TELITI DIRI”.
Sekarang saya sadar bahwa saya salah mengambil bacaan Injil hari Senin kemarin, bacaan Injil hari Senin kemarin seharusnya menjadi bacaan Injil hari ini, Selasa, 6 Oktober 2009. Hal ini juga disebabkan karna kurangnya TELITI DIRI ketika melakukan sesuatu. Untuk itu saya mohon maaf. Saya mohon maaf dan kiranya Anda masih berkenan saya ajak untuk membaca Injil hari ini:
Ketika Yesus dan murid-murid-Nya dalam perjalanan, tibalah Ia di sebuah kampung. Seorang perempuan yang bernama Marta menerima Dia di rumahnya. Perempuan itu mempunyai seorang saudara yang bernama Maria. Maria ini duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya, sedang Marta sibuk sekali melayani. Ia mendekati Yesus dan berkata: "Tuhan, tidakkah Engkau peduli, bahwa saudaraku membiarkan aku melayani seorang diri? Suruhlah dia membantu aku." Tetapi Tuhan menjawabnya: "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." (Luk. 10: 38-42)
Ketika kita merasa benar dengan apa yang kita lakukan, marilah tetap MENELITI DIRI. Marta merasa bahwa kesibukkannya melayani Yesus adalah hal yang benar yang harus dilakukannya. Bahkan karena merasa benar, Marta mengeluarkan kalimat supaya dibela atau dipuji oleh Tuannya dengan meminta Tuannya menyuruh Maria untuk membantunya. Tetapi jawaban Yesus sungguh luar biasa, di luar dugaan, "Marta, Marta, engkau kuatir dan menyusahkan diri dengan banyak perkara, tetapi hanya satu saja yang perlu: Maria telah memilih bagian yang terbaik, yang tidak akan diambil dari padanya." Kalau kita jadi Marta, tentu kita akan tertohok dan diam seribu bahasa. Diam dan meneliti diri.
Ternyata yang benar menurut kita belum tentu benar menurut ukuran yang lebih besar dan mulia. Karena merasa benar kita cenderung ”kewanen” (bahasa jawa: sok berani) dan lupa untuk tetap TELITI DIRI. Mario Teguh, motivator yang kalem nan cermat itu pernah mengatakan: Jika anda sedang benar, jangan terlalu berani dan bila anda sedang takut, jangan terlalu takut. Karena keseimbangan sikap adalah penentu ketepatan perjalanan kesuksesan anda. Mari menjaga keseimbangan sikap menuju kesuksesan dengan meneladani Maria, TELITI DIRI dengan duduk dekat kaki Tuhan dan terus mendengarkan perkataan-Nya.
No comments:
Post a Comment