
Tetapi Aku berkata kepadamu:
Pada hari penghakiman, tanggungan Tirus dan Sidon akan lebih ringan dari pada tanggunganmu.
Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu."
Dan engkau Kapernaum, apakah engkau akan dinaikkan sampai ke langit? Tidak, engkau akan diturunkan sampai ke dunia orang mati! Karena jika di Sodom terjadi mujizat-mujizat yang telah terjadi di tengah-tengah kamu, kota itu tentu masih berdiri sampai hari ini. Tetapi Aku berkata kepadamu: Pada hari penghakiman, tanggungan negeri Sodom akan lebih ringan dari pada tanggunganmu."
(Injil Selasa, 14 Juli 2009, Mat 11: 20-24)
Masih ingat dengan istilah “Buta Huruf“ atau “Buta Aksara“? Antonim istilah itu adalah Melek Huruf atau Melek Aksara. Buta Huruf atau Tuna Aksara masih menjadi masalah terutama di negara-negara Asia Selatan, Arab, dan Afrika Utara (40% sampai 50%). Asia Timur dan Amerika Selatan memiliki tingkat buta huruf sekitar 10% sampai 15%. Lalu apa kategori atau definisi Melek Aksara? Organisasi PBB untuk Pendidikan, Ilmu Pengetahuan dan Kebudayaan (UNESCO) memiliki definisi sebagai berikut:
Melek aksara adalah kemampuan untuk mengidentifikasi, mengerti, menerjemahkan, membuat, mengkomunikasikan dan mengolah isi dari rangkaian teks yang terdapat pada bahan-bahan cetak dan tulisan yang berkaitan dengan berbagai situasi. Kemampuan baca-tulis dianggap penting karena melibatkan pembelajaran berkelanjutan oleh seseorang sehingga orang tersebut dapat mencapai tujuannya. Melek Aksara adalah dasar yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan cara seseorang mendapatkan pengetahuan, menggali potensinya, dan berpartisipasi penuh dalam masyarakat yang lebih luas.
Dalam Bacaan hari ini, DIA mengecam bahkan mengutuk kota Khorazim, Betsaida dan Kapernaum bukan karena penduduk kota itu tidak bisa baca-tulis, bukan karena mereka Buta Huruf. Banyak mukjizat dibuatNYA untuk mereka, namun para pemimpin kota itu tak kunjung juga bertobat! DIA mengecam kota-kota itu karena mereka BUTA RAHMAT. Mereka tidak bisa membaca, mengidentifikasi, mengerti dan mengolah isi mukjizat-mukjizat yang dibuatNYA sebagai tanda Rahmat untuk bertobat dan percaya.
Tuna Rahmat, Buta Rahmat, alias kedegilan hati mereka itulah yang dikecam oleh-NYA. Sama halnya bahwa Melek Huruf itu penting untuk dasar pembelajaran lebih lanjut, begitu pula Melek Rahmat (Bertobat & Percaya) itu penting untuk pertumbuhan iman lebih lanjut. Melek Rahmat-Tobat Diri adalah dasar yang sangat penting karena berkaitan langsung dengan cara seseorang menumbuhkan pengetahuan imannya, menggali potensi kekuatan imannya, dan berpartisipasi penuh dalam Persekutuan Umat Beriman, akhirnya untuk menuju Kerajaan Sorga.
Kota-kota lain yang sebetulnya dianggap kafir, yakni Tirus dan Sidon juga Sodom, justru dipuji olehNYA. Kota-kota ini dikenal ‘tidak beragama" alias "kafir", namun mereka lebih terbuka terhadap pewartaanNYA. Mereka justru Melek Rahmat. Mereka mau dan mampu membaca, mengidentifikasi, mengerti dan mengolah isi mukjizat-mukjizat yang dibuatNYA sebagai tanda Rahmat untuk bertobat dan percaya.
Bagaimana dengan kita sendiri? Apakah diri kita menjadi sasaran kritik/kecaman-NYA karena "Buta Rahmat" dan tidak mampu membaca, mengidentifikasi, mengerti dan mengolah isi Sabda dan Karya yang dibuatNYA sebagai tanda Rahmat untuk bertobat dan percaya di zaman kita sekarang ini? Apakah kita sudah “Melek Rahmat“?
jangan tanya membingungkan atau tidak :D
ReplyDelete(tidak koq.. hehhee.. tata bahasa sudah ok. biasa menulis dimana? aku sperti lg baca artikel rohani harian...)
aku tergelitik dgn "seberapa terbukanya Sodom terhadap pewartaan" :D
Hmm.... Makasih komen nya.
ReplyDeleteSeberapa terbukanya Sodom terhadap pewartaan? Tingkatannya diukur dari kedegilan hati penduduk dan pimpinannya, tergantung pada rasio tingkat "Buta Rahmat" penduduknya. Sayang bahwa meteran pengukur kedegilan hati itu belum ada.
Menurut mu...?
Aku tidak ingat banyak kisah.
ReplyDeleteMake sure, apakah yg dirimu maksud "Sodom" adalah yg dijadikan membatu itu? Kupikir mereka sangat degil... :D
Dan rakyat yg dibawa keluar dari tanah mesir jg serasaku degil. (bacanya bikin sebal. betapa menyebalkannya manusia yg mudah berpindah hati...)