
Sebagai Eksisten, manusia selalu dalam situasi-situasi tertentu yaitu situasi-situasi batas. Situasi batas yang paling umum adalah faktisitas dan nasib. Di samping itu ada situasi-situasi batas khusus, yaitu kematian, penderitaan, perjuangan, dan kesalahan. Semua situasi batas itu mendua karena kepad eksistensi diberikan kemungkinan berkembang atau mundur, tergantung dari keputusan manusia sendiri. Ber-eksistensi atau berdiri di hadapan transendensi mencapai puncaknya dalam keputusan-keputusan yang diambil dalam situasi-situasi batas.
Ada beberapa situasi batas, diantaranya penderitaan dan maut. Penderitaan di sini bisa berupa sakit. Penderitaan ini (baca: sakit) adalah sesuatu yang harus ditanggung sendiri dan tidak bisa dipertukarkan dengan orang lain. Jadi kalau anda sakit, anda cuma bisa menjalaninya dan tak bisa menukarnya dengan orang lain, sekalipun anda punya uang segunung, atau punya pasukan pengamanan yang siap menggantikan. Situasi batas yang paling final adalah maut. Maut melekat pada eksistensi sebagai suatu situasi-batas yang tidak bisa dielakkan. Apakah sebenarnya maut itu, kita tidak tahu. Yang pasti ialah bahwa maut akan mengakhiri eksistensi pada suatu saat yang tidak bisa ditentukan sebelumnya. Bahwa maut itu pasti, tidak akan mungkin kita sangkal. Bila maut tiba dan apa sebenarnya maut, itulah yang pasti tak kita ketahui. Betapapun juga, maut adalah batas terakhir eksistensi. "
Ah... ternyata aku hanya ADA dalam situasi tertentu, dan ketika aku lepas dari satu situasi, aku sudah ada dalam situasi lainnya. Tetapi Ber-ADA berarti menjadi eksisten yang bisa mengambil keputusan-keputusan untuk berkembang dalam setiap situasi. AMIN...
Ada beberapa situasi batas, diantaranya penderitaan dan maut. Penderitaan di sini bisa berupa sakit. Penderitaan ini (baca: sakit) adalah sesuatu yang harus ditanggung sendiri dan tidak bisa dipertukarkan dengan orang lain. Jadi kalau anda sakit, anda cuma bisa menjalaninya dan tak bisa menukarnya dengan orang lain, sekalipun anda punya uang segunung, atau punya pasukan pengamanan yang siap menggantikan. Situasi batas yang paling final adalah maut. Maut melekat pada eksistensi sebagai suatu situasi-batas yang tidak bisa dielakkan. Apakah sebenarnya maut itu, kita tidak tahu. Yang pasti ialah bahwa maut akan mengakhiri eksistensi pada suatu saat yang tidak bisa ditentukan sebelumnya. Bahwa maut itu pasti, tidak akan mungkin kita sangkal. Bila maut tiba dan apa sebenarnya maut, itulah yang pasti tak kita ketahui. Betapapun juga, maut adalah batas terakhir eksistensi. "
Ah... ternyata aku hanya ADA dalam situasi tertentu, dan ketika aku lepas dari satu situasi, aku sudah ada dalam situasi lainnya. Tetapi Ber-ADA berarti menjadi eksisten yang bisa mengambil keputusan-keputusan untuk berkembang dalam setiap situasi. AMIN...
No comments:
Post a Comment